BERCERMIN DARI BENCANA
Kata bencana dalam bahasa Inggris “disaster” berasal dari kata Bahasa Latin “dis” yang bermakna “buruk” atau “kemalangan” dan “aster” yang bermakna “dari bintang-bintang”. Kedua kata tersebut jika dikombinasikan akan menghasilkan arti “kemalangan yang terjadi di bawah bintang”, yang berasal dari keyakinan bahwa bintang dapat memprediksi suatu kejadian termasuk peristiwa yang buruk (https://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam)
Ada pula yang mengartikan bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=pengertian_bencana)
Apakah Covid-19 adalah bencana? Jika bencana maka apakah ini disebabkan oleh faktor alam, atau non alam atau manusia? Dari definisi tersebut maka Covid-19 dapat dikategorikan sebagai bencana. Sekarang pertanyaannya adalah penyebab bencana Covid-19 alam, nonalam atau manusia. Jika merujuk dari asal muasal virus ini yaitu dari salah satu pasar di kota Wuhan maka Covid-19 adalah bencana karena ulah manusia.
Kita tahu bersama bahwa alam dicipta dengan sangat baik, harmonis dan seimbang. Kerusakan bermula ketika manusia ingin menunjukkan superioritasnya atas pihak lain. Binatang saling memakan untuk mempertahankan hidupnya, tetapi manusia saling “memakan” untuk menunjukkan superioritasnya. Binatang saling memakan secukupnya untuk bertahan hidup, tetapi manusia saling “memakan” untuk memenuhi kerakusan dan ketamakannya. Jika Tuhan menciptakan manusia lebih mulia dari binatang tetapi dalam kelakuannya binatang sering lebih mulia dari manusia. Apa yang kita bisa pelajari dari bencana Covid-19:
- Hiduplah dengan menebar cinta kasih, keharmonisan dan saling mendatangkan kebaikan satu sama lain. Harus kita ingat, bencana seringkali dipakai Tuhan untuk mengajar dan menghajar manusia supaya bertobat dan berubah bukan hanya sekedar untuk mendidik manusia agar tabah. Tabah saja tanpa perubahan adalah sia-sia.
- Bahwa keindahan dan kebahagiaan hidup harus diupayakan bersama. Kita hidup dalam satu dunia yang saling terkait satu sama lain. Tindakan kesalahan kecil saja dari kita dapat berakibat fatal dan besar bagi orang lain bukan hanya kita sendiri. Efek domino selalu menjadi hukum sosial dalam dunia ini. Bukankah kebakaran besar selalu berawal dari api kecil. Itu sebabnya haruslah berhati-hati dalam kita bertindak, berkata-kata dan berbuat apa saja. Stay at home dan WFH adalah wujud kehati-hatian dan tanggung jawab kita dalam ikut membantu memutus rantai penyebaran virus ini. Dengan kesadaran melakukan karantina mandiri maka kita sudah membuat masyarakat sekitar kita tenang. Ketika GPBB tutup total (walaupun ini karena larangan dari pemerintah) maka lingkungan sekitar GPBB merasa tenang dan melihat gereja sebagai institusi yang punya kesadaran tanggung jawab sosial. Stay at home dan WFH adalah bentuk tanggung jawab kita untuk menghadirkan kesejahteraan untuk kota dimana kita tinggal (Yeremia 29:7) Tetaplah di rumah, tetap semangat dan tetap sehat. (J.Th)