DI WAJAHMU `KU LIHAT YESUS
Komponis Mochtar Embut (1934-1973) pada tahun 1971 menciptakan sebuah lagu “Di wajahmu `kulihat bulan.” (yang tahu lagu ini berarti kita sudah tua) Lagu yang popular di nyanyikan oleh Sam Saimun ini berkisah tentang kerinduan seorang wanita yang haus akan persahabatan dan belaian kasih sayang. Kerinduan ini makin menguat setelah menatap wajah seorang tuan yang penuh dengan damai dan kesejukan. Coba simak kutipan awal dari syair lagu tersebut: Di wajahmu `ku lihat bulan
Bersembunyi di sudut kerlingan
Sadarkah tuan kau ditatap insan
Yang haus akan belaian
Di wajahmu `ku lihat bulan
Menerangi hati gelap rawan
Biarlah daku mencari naungan
Di wajah damai rupawan.
Ah…selain enak didengar, lagu itu juga menyejukkan. Saya mencoba bertanya: Apakah Mochtar Embut terinspirasi oleh fakta atau imajinasi? Ternyata ini hanya imajinasi. Simak syair berikutnya:
Serasa tiada jauh dan mudah dicapai tangan
Ingin hati menjangkau kiranya tinggi di awan
Di wajahmu kulihat bulan hanyalah sebuah imajinasi simbolik dari satu kerinduan ingin merasakan kesejukan dan kedamaian jika melihat wajah seseorang.
Di Alkitab pernah dikisahkan seseorang yang di wajahnya memancarkan kemuliaan, kedamaian dan kesejukan, sehingga orang yang melihat mendapatkan berkat. Di wajahnya terlihat Tuhan.
Ketika Nabi Musa turun dari gunung Sinai, wajahnya bercahaya menyiratkan cahaya Ilahi (Keluaran 34:29-35) Rasul Paulus menulis surat untuk jemaat Korintus bahwa mereka adalah surat Kristus yang dikenal, dibaca dan dipuji oleh semua orang (II Korintus 3:1-3) Mungkinkah Kristus terlihat di wajah kita? Atau di seluruh kehidupan dan kerja kita?
Tetapi, saya menjadi kurang yakin, apakah di jaman yang serba homo homini luppus –meminjam istilah Thomas Hobbes (1588-1679)- dimana setiap manusia saling mengintai dan mencari kesempatan untuk menerkam dan memakan satu sama lain, masih ada manusia yang di wajahnya terlihat ’bulan’ atau masihkah ada di wajah setiap orang Kristen terlihat Kristus.
Saya sendiri jadi berpikir apakah di wajah saya yang memang sudah bulat seperti bulan ini, terlihat Kristus? Apakah saya sudah menjadi surat pujian atau surat cacian dan makian.
Menjadi tekad saya untuk menjadikan wajah dan hidup saya terlihat Kristus, memancarkan cahaya Ilahi seperti Musa atau juga menjadi surat pujian yang dikenal oleh semua orang. Saya ingin di wajah saya tidak terlihat bulan tetapi terlihat Kristus. (J.Th)