Beranda Edisi 4
Salam,
Jemaat yang Tuhan Yesus kasihi, Peringatan tentang sebuah peristiwa masa lalu yang terus menerus berulang dari tahun ke tahun sangat mudah jatuh pada rutinisme. Artinya, sekadar menjadi peringatan tanpa makna. Sebatas menyentuh ”fisik”, tidak sampai ke ”jiwa”. Sehingga ketika berlalu, berlalu pula tanpa kesan. Kosong. Gone with the wind. Tidak heran kalau pertanyaan yang kerap muncul mengiringi sebuah peringatan rutin adalah: ”Setelah semua selesai, lalu apa?!” Kedengarannya skeptis, tetapi toh itu realistis.
Lalu bagaimana agar sebuah peringatan itu tidak hanya menjadi aktivitas rutin? Yaitu dengan menjadikannya sebagai momen atau titik pijak untuk melangkah lebih baik, menuju hari esok yang lebih cerah. Untuk itu dibutuhkan komitmen.
Saat ini rangkaian acara berkenaan dengan Paskah sudah selesai digelar. Kita tahu, bahwa Paskah selain memiliki dimensi spiritual (berkenaan dengan Tuhan), juga berdimensi sosial (berkenaan dengan sesama), dan berdimensi personal (berkenaan dengan hidup pribadi).
Nah, supaya peringatan Paskah ini menjadi sebuah peristiwa yang bermakna, marilah kita menjadikannya sebagai sebuah momen. Momen apa? Momen untuk kita melakukan rekonsiliasi; pemulihan relasi, berdamai, baik dengan Tuhan (meninggalkan segala dosa yang membelenggu), sesama (meninggalkan segala ganjalan, kemarahan, kebencian yang ada), maupun diri sendiri (meninggalkan segala akar pahit dan kekecewaan; terima diri kita apa adanya dengan rasa syukur). Kiranya kasih dan sejahtera Tuhan Yesus Kristus menyertai langkah laku kita.
[wpdm_file id=10]