B A R U
by GPBB ·
B A R U
“Bumi remuk redam, bumi hancur luluh, bumi gonjang-ganjing.” (Yes 24:19)
Dalam perayaan memperingati 40 tahun dirinya sebagai Ratu Britania Raya, Ratu Elizabeth II berkata demikian, “Tahun 1992 bukanlah tahun di mana saya akan melihat ke belakang dengan bahagia. Dalam kata-kata seorang yang menulis surat kepada saya, tahun ini adalah annus horribilis.” Annus horribilis berarti tahun yang buruk/horrible year. Tahun itu memang banyak peristiwa buruk yang menimpa Ratu Elizabeth II, termasuk retaknya pernikahan 3 anaknya.
Tahun ini boleh dibilang annus horribilis bagi dunia. Pandemi ini sungguh meluluhlantakkan tatanan dunia. Bumi gonjang-ganjing, kalau mengutip nabi Yesaya. Tahun yang sangat, sangat sulit bagi banyak orang. Tentunya tidak ada yang menyangka bahwa tahun 2020 akan menjadi seperti ini. Ingatkah kita bagaimana kita menyambut awal tahun 2020? Bagaimana ekspektasi kita saat itu? Dan apa pengaruh dari pandemi ini terhadap semua rencana dan harapan kita di awal tahun ini? Bagaimanakah pandemi ini memaksa kita untuk berubah dan beradaptasi?
Pergantian tahun seringkali dijadikan momen untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan kita. Tahun inipun demikian, lebih-lebih dengan beberapa milestone yang akan kita lalui bersama sebentar lagi. Besok (Senin, 28 Desember), kita akan memasuki pembukaan kembali fase 3, dengan berbagai pelonggaran kegiatan sosial termasuk kegiatan agama. Singapura juga akan memulai fase akhir dari pandemi ini dengan melakukan vaksinasi pada awal bulan Januari 2021, yang dimulai dari tenaga kesehatan dan kemudian diikuti oleh kelompok-kelompok prioritas (lansia, orang yang rentan jika terpapar COVID-19, pekerja garis depan, dsb.), sebelum memulai rollout ke populasi yang lebih luas secara progresif selama setahun ke depan. Namun hal ini tidak berarti bahwa segala sesuatu akan kembali ke ‘normal’ yang dulu lagi dalam sekejap. Keliru pula jika kita menganggap bahwa tujuan akhirnya adalah untuk kembali ke dunia yang sebelumnya. Tidak demikian. Pandemi ini justru terjadi karena ada yang salah dengan bagaimana kita berelasi dengan alam tempat kita berada selama ini, dan mengekspos ketimpangan sosial dan akses terhadap sistem kesehatan di berbagai tempat di dunia, termasuk di Singapura. End game dari pandemi ini bukanlah untuk kembali ke dunia yang lama, namun pembaharuan pola pikir dan perilaku, di mana kita menata kembali bagaimana sepatutnya kita berelasi dengan sesama dan alam di sekitar kita. (SH)