Baptisan dan Karunia Roh Kudus

Pertanyaan:
Ketika seseorang menjadi percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, apakah perlu dibaptis dulu sebelum menerima karunia Roh Kudus? Saya mencoba mengkonfirmasi observasi dari Kisah Para Rasul 2:37-41 (pernyataan Petrus), 8:9-17 (menerima Roh Kudus setelah Petrus dan Yohanes menumpangkan tangan), 10:44-48 (orang-orang percaya belum menerima Roh Kudus sampai Simon Petrus datang)

Jawaban:
Terima kasih untuk pertanyaan yang baik. Pada saat seseorang percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, Roh Kudus akan tinggal di dalam hatinya sebagai karunia Allah yang memeteraikan keselamatan yang ia terima dari Allah (Ef. 1:14). Meterai ini bersifat rohani dan menjadi jaminan sehingga kita pada akhirnya menerima keselamatan seutuhnya di dalam kemuliaan bersama Kristus.

Sementara itu, karunia Roh Kudus adalah hal yang berbeda. Karunia Roh Kudus ialah pemberian ilahi dalam bentuk kemampuan baik yang bersifat spiritual (seperti karunia menyembuhkan dan membedakan bermacam-macam roh [1Kor. 12:8-10]) atau pun karunia yang bersifat administratif dan pelayanan (misalnya karunia memimpin, karunia melayani, dan sebagainya [Roma 12:6-8]). Karunia Roh Kudus diberikan kepada orang percaya setelah ia menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya untuk keperluan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus. Seringkali karunia Roh Kudus beririsan dengan bakat. Bakat (atau seringkali disebut sebagai talenta atau talents) ialah kemampuan yang bersifat genetis melalui pertalian biologis. Di dalam karunia Allah, ketika bakat dipersembahkan kepada Tuhan untuk mendukung pekerjaan Tuhan, maka bakat itu menjadi karunia Allah bagi orang tersebut untuk pembangunan tubuh Kristus di mana ia melayani.

Mengenai baptisan, secara umum, baptisan bukan pra-syarat untuk seseorang menerima karunia Roh Kudus. Yang menjadi pra-syarat untuk seseorang menerima karunia Roh Kudus ialah iman (atau kelahiran kembali secara rohani). Baptisan sendiri merupakan tanda yang kelihatan (visible sign) dan berfungsi sebagai tanda dan meterai (sign and seal) bagi orang percaya ketika ia mendeklarasikan iman percayanya di hadapan Allah, jemaat-Nya dan juga di hadapan iblis. Dengan demikian, orang yang dibaptis mengakui dan menyatakan secara publik bahwa seumur hidupnya, ia adalah milik Kristus dan akan mengikuti Kristus sampai akhir.

Dalam konteks Kisah Para Rasul 2, 8 dan 10, baptisan Roh Kudus merupakan kejadian yang khusus untuk jemaat mula-mula. Baptisan Roh Kudus sendiri terjadi di dalam hati (invisible) ketika seseorang mengaku percaya, sementara baptisan air atau baptisan Pendeta terjadi secara fisik (visible). Dalam konteks KPR pasal 2, 8 dan 10, tanda-tanda perlu diberikan untuk menyertai baptisan karena tanda-tanda ini mengkonfirmasi berita Injil yang bergerak ke luar. Pertama dalam konteks Yahudi diaspora di Yerusalem dan Yudea (KPR pasal 2), lalu orang percaya di Samaria (KPR pasal 8), dan akhirnya penduduk non-Yahudi atau sering disebut sebagai gentiles yang diwakili oleh Kornelius (KPR pasal 10). Dari ketiga kejadian ini, kita melihat pergerakan Injil yang menggenapi janji Tuhan bahwa jika Roh Kudus turun ke atas murid-murid Kristus, mereka akan menjadi saksi di Yerusalem, Yudea, Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi yang waktu itu diwakili oleh Roma atau penduduk non-Yahudi.

Peristiwa penumpangan tangan oleh Petrus dan Yohanes atas pelayanan di Samaria (KPR 8:14-18) dan penumpangan tangan oleh Petrus (KPR 10:44-48) merupakan bentuk afirmasi gerejawi atau legitimasi teologis bahwa pertobatan orang-orang ini, baik yang terjadi di Samaria maupun di Kaisarea adalah pertobatan yang sejati. Mengapa perlu afirmasi dari orang-orang ini? Karena pada waktu itu gereja masih sangat baru, dan ketiga murid ini (Petrus, Yakobus dan Yohanes) ialah sokoguru atau pilar jemaat (Galatia 2:9, Kefas adalah nama lain dari Petrus). Itu sebabnya pertobatan dan baptisan di berbagai tempat membutuhkan afirmasi pastoral. Dan Allah berkenan atas hal ini. Itu sebab setelah mereka menumpangkan tangan, maka Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka sebagai bentuk afirmasi ilahi dari Tuhan.

Demikian jawaban dari saya. Kiranya menolong untuk lebih mengerti bagian firman Tuhan yang ditanyakan. Tuhan memberkati.

Pdt. Yudi Jatmiko

Question:
When someone believes and accepts Jesus as their Lord and Savior, do they need to be baptized first before receiving the gift of the Holy Spirit? I am trying to confirm my observations from Acts 2:37-41 (Peter’s statement), 8:9-17 (receiving the Holy Spirit after Peter and John laid hands), and 10:44-48 (believers had not received the Holy Spirit until Simon Peter came).

Answer:
Thank you for the great question. When someone believes and accepts Jesus Christ as their personal Lord and Savior, the Holy Spirit dwells in their heart as God’s gift, sealing the salvation they have received from Him (Ephesians 1:14). This seal is spiritual and serves as a guarantee that they will ultimately receive full salvation in glory with Christ.

Meanwhile, the gift of the Holy Spirit is something different. The gift of the Holy Spirit is a divine endowment, which can take the form of spiritual abilities (such as the gifts of healing and discerning spirits [1 Corinthians 12:8-10]) or administrative and ministerial gifts (such as leadership, serving, etc. [Romans 12:6-8]). The gifts of the Holy Spirit are given to believers after they accept Christ as their Lord and Savior for the purpose of ministry and building up the body of Christ. Often, the gifts of the Holy Spirit overlap with natural talents. Talents (often called "talents" in English) are abilities that are genetically inherited through biological connections. In God's grace, when talents are dedicated to the Lord to support His work, they become spiritual gifts for the edification of the body of Christ where the believer serves.

Regarding baptism, in general, baptism is not a prerequisite for receiving the gift of the Holy Spirit. The prerequisite for receiving the gift of the Holy Spirit is faith (or spiritual rebirth). Baptism itself is a visible sign and serves as both a sign and a seal for believers when they publicly declare their faith before God, His congregation, and even before the devil. Thus, a baptized person acknowledges and publicly declares that for their entire life, they belong to Christ and will follow Him until the end.

In the context of Acts 2, 8, and 10, the baptism of the Holy Spirit was a special event for the early church. The baptism of the Holy Spirit itself occurs invisibly in the heart when someone professes faith, whereas water baptism or baptism by a pastor happens physically (visibly). In the context of Acts 2, 8, and 10, signs were necessary to accompany baptism because these signs confirmed the Gospel message as it spread outward—first to the Jewish diaspora in Jerusalem and Judea (Acts 2), then to believers in Samaria (Acts 8), and finally to Gentiles, represented by Cornelius (Acts 10). Through these three events, we see the movement of the Gospel fulfilling God's promise that when the Holy Spirit comes upon Christ's disciples, they will be His witnesses in Jerusalem, Judea, Samaria, and to the ends of the earth, which at that time was represented by Rome or the Gentile population.

The laying on of hands by Peter and John in Samaria (Acts 8:14-18) and by Peter in Caesarea (Acts 10:44-48) served as an ecclesiastical affirmation or theological legitimacy that the conversions in Samaria and Caesarea were genuine. Why was this affirmation necessary? Because at that time, the church was still very new, and these three disciples (Peter, James, and John) were pillars of the congregation (Galatians 2:9; Cephas is another name for Peter). This is why conversions and baptisms in various places required pastoral affirmation. And God was pleased with this. That is why, after they laid hands on them, the Holy Spirit was poured out upon them as a divine affirmation from the Lord.

This is my answer. I hope it helps in better understanding the part of God's Word in question. May God bless you.

Rev. Yudi Jatmiko