Beda Doa dengan Self-Suggestion, dan hubungannya dengan iman
by ADMIN · Published · Updated
Pertanyaan:
Apa yang membuat berdoa berbeda dengan self-suggestion? Sedikit konteks, kita seringkali berdoa meminta Tuhan menunjukkan jalan keluar, meminta solusi, dan memohon sesuatu. Kadang kita memohon "pengertian" akan RencanaNya. Tapi seringkali saya merasa bahwa ketika berdoa, saya tidak sedang berbicara dengan Tuhan, melainkan sedang berusahan meyakinkan diri saya sendiri bahwa "things will work out in the end". Apa yang membuat keduanya berbeda? Apakah jika kalau saya tidak merasa sedang berbicara dengan Tuhan ketika berdoa, saya kurang beriman?
Jawaban:
Terima kasih untuk pertanyaan yang baik. Saya akan menjawab satu-persatu.
1) Apa yang membuat keduanya berbeda?
Berdoa berbeda dengan self-suggestion. Self-suggestion adalah usaha untuk berbicara dengan diri sendiri dalam rangka membangkitkan semangat, meyakinkan diri atau menguatkan hati diri sendiri untuk tujuan yang lebih baik. Dalam self-suggestion, yang hadir hanya satu pribadi yaitu diri sendiri. Self-suggestion pada dasarnya adalah sebuah ‘mental workout’ yang bersifat tertutup, yaitu dari diri, oleh diri dan untuk diri sendiri. Hal ini sering kita lakukan, misalnya ketika menyemangati diri sebelum memulai sebuah tugas sulit. Kita berkata: “Ayo kamu bisa!” atau kita menghibur diri ketika gagal dengan berkata: “It’s OK, kamu bisa mencoba lagi dengan lebih baik!” dan sebagainya. Tindakan ini bukan tanpa manfaat karena seringkali berdampak baik. Walaupun demikian, hal ini berbeda dengan berdoa.
Berdoa adalah komunikasi dua arah. Self-suggestion adalah bersifat satu arah: dari saya kepada saya. Berdoa adalah dari saya kepada Tuhan, dan kita berusaha mendengar apa yang Tuhan kehendaki: dari Tuhan kepada saya. Dengan demikian, berdoa adalah komunikasi. Karena ini adalah komunikasi, doa melibatkan dua pihak: diri sendiri dan Tuhan. Ini berbeda dengan self-suggestion yang melibatkan hanya satu pihak, yaitu diri sendiri. Selain itu, dalam komunikasi doa, kita sebenarnya tidak sedang mengubah Tuhan atau memaksakan Tuhan melakukan kehendak kita (khususnya dalam doa permohonan). Sebaliknya, dalam doa, kita sedang belajar dibentuk untuk menundukkan kehendak kita di bawah kehendak Tuhan, sambil peka mendengar apa yang Tuhan kehendaki melalui firman-Nya. Itu sebabnya, doa yang baik adalah doa yang dekat atau doa yang menyuarakan isi firman Tuhan. Semakin hati kita dikuasai atau diisi oleh firman Tuhan, kita akan semakin takjub ketika menyadari bahwa doa-doa kita sangat mirip dengan isi firman Tuhan. Ketika doa kita semakin sesuai dengan isi firman Tuhan, maka doa itu pada dasarnya menyuarakan hati Allah. Dengan sendirinya, doa itu akan dikabulkan oleh Allah karena memperkenan hati-Nya.
Yohanes 15:7b memang memberi jaminan: “mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Tetapi kita perlu ingat bahwa janji itu tidak berdiri sendirian, tetapi dengan syarat, yaitu di kalimat sebelumnya, di ayat 7a: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu.” Dengan demikian, semakin hati kita dekat dengan firman Tuhan, semakin kita akan meminta yang sama dengan apa yang Tuhan inginkan. Maka tentu semua permintaan kita akan dikabulkan Tuhan.
2) Apakah jika kalau saya tidak merasa sedang berbicara dengan Tuhan ketika berdoa, saya kurang beriman?
Tidak harus demikian juga. Ada kalanya perasaan dan hati kita naik dan turun. Jika kita membaca Mazmur misalnya. Kita akan mendapati seringkali pemazmur berseru kepada Tuhan seolah-olah ia merasa Tuhan tidak ada atau Tuhan tidak mendengarnya. Coba kita lihat dalam Mazmur 13 ayat 2 misalnya. Disana dikatakan: 'Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?' Coba kita bertanya, apakah Tuhan pernah melupakan pemazmur? Apalagi melupaknnya terus-menerus? Tentu saja tidak! Ini adalah gambaran perasaan pemazmur dalam pergumulan hidupnya. Perasaan kita sering naik dan turun merasa Tuhan tidak mendengar, Tuhan tidak ada, atau Tuhan tidak peduli.
Tetapi kita perlu mendasari iman kita bukan di atas perasaan kita, melainkan di atas kebenaran firman Tuhan. Sama seperti kalau hari mendung di siang hari, kita merasa tidak ada matahari karena langit gelap. Tetapi apakah matahari benar-benar tidak ada? Tentu saja tidak begitu. Matahari tetap ada. Hanya karena tertutup awan, kita merasa ia tidak ada. Begitu juga dengan Tuhan. Ia selalu ada, selalu mendengar seru doa kita. Tetapi seringkali hidup kita yang penuh dengan awan pergumulan membuat kita merasa ia tidak ada, tidak peduli dan tidak menjawab kita. Dalam kondisi yang demikian, apa yang harus kita lakukan? Firman Tuhan mengingatkan kita:
'Siapa di antaramu yang takut akan Tuhan dan mendengarkan suara hamba-Nya? Jika ia hidup dalam kegelapan dan tidak ada cahaya bersinar baginya, baiklah ia percaya kepada nama Tuhan dan bersandar kepada Allahnya!' (Yesaya 50:10).
Firman Tuhan mengingatkan kita, jika hidup kita sudah takut akan Tuhan, kita sudah baik-baik berusaha mendengarkan suara Tuhan, tetapi pergumulan demi pergumulan menerpa hidup kita seolah-olah kita hidup dalam gelap dan tidak ada cahaya bersinar bagi kita. Tuhan ingatkan kita untuk percaya dan bersandar kepada-Nya. Sama seperti matahari, Tuhan adalah Matahari Kehidupan. Ia akan selalu muncul dan bersinar pada waktu-Nya.
Ini juga yang pemazmur lakukan. Sekalipun perasaannya naik dan turun dalam doa, ia tidak pernah berhenti berseru dan datang kepada Tuhan. Itu sebabnya, dipenghujung doanya ia dapat berkata kepada kepada Tuhan dan kepada dirinya sendiri: 'Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk Tuhan , karena Ia telah berbuat baik kepadaku.’ (Mazmur 13:6)
Kiranya jawaban ini menguatkan Anda untuk terus datang kepada Tuhan dalam doa dengan ucapan syukur, maka dalami sejahtera Allah yang melampau segala akal akan memelihara hati dan pikiran Anda dalam Kristus Yesus (Filipi 4:6-7). Tuhan memberkati!
Salam kasih,
Pdt. Yudi Jatmiko
Question:
What makes praying different from self-suggestion? For context, we often pray to ask God to show us the way, to seek solutions, and to make requests. Sometimes, we ask for "understanding" of His plan. However, I often feel that when I pray, I am not actually talking to God but rather trying to convince myself that "things will work out in the end." What makes the two different? If I do not feel like I am speaking to God when I pray, does that mean I lack faith?
Answer:
Thank you for your thoughtful question. I will address it point by point.
1) What makes them different?
Praying is different from self-suggestion. Self-suggestion is an attempt to talk to oneself to boost motivation, build confidence, or strengthen one’s heart for a better purpose. In self-suggestion, only one person is involved: oneself. Essentially, self-suggestion is a kind of ‘mental workout’ that is closed in nature—done by oneself, for oneself. We often engage in this practice, such as encouraging ourselves before a difficult task by saying, "Come on, you can do it!" or comforting ourselves after failure by saying, "It’s okay, you can try again and do better!" This practice is not without benefits, as it can be helpful. However, it is different from praying.
Praying is a two-way communication. Self-suggestion is one-way: from me to myself. Praying, on the other hand, is from me to God, and we also seek to hear what God desires: from God to me. Thus, praying is a form of communication. Because it is communication, prayer involves two parties: oneself and God. This differs from self-suggestion, which involves only oneself.
Additionally, in prayer, we are not trying to change God or force Him to do our will (especially in prayers of petition). Instead, through prayer, we learn to submit our will to God's will while being sensitive to His desires through His Word. That is why a good prayer is one that aligns closely with or expresses the contents of God's Word. The more our hearts are filled with God's Word, the more we will realize that our prayers naturally align with His Word. When our prayers are in accordance with God’s Word, they reflect God's heart, and as a result, they will be granted because they please Him.
John 15:7b gives this assurance: "Ask whatever you wish, and it will be done for you." However, we must remember that this promise is conditional, as stated in the previous sentence, in John 15:7a: "If you remain in me and my words remain in you." Thus, the closer our hearts are to God’s Word, the more we will ask for things that align with His will—and of course, God will grant those requests.
2) If I do not feel like I am speaking to God when I pray, does that mean I lack faith?
Not necessarily. Our feelings and emotions fluctuate. If we read the Psalms, for instance, we often find the psalmists crying out to God as if they feel He is absent or not listening. Consider Psalm 13:2, which says, "How long, Lord? Will you forget me forever? How long will you hide your face from me?"
Now, let’s ask ourselves: Did God ever actually forget the psalmist? Did He really hide His face forever? Of course not! This verse reflects the psalmist’s feelings during his struggles. Our emotions often rise and fall—we may feel that God is not listening, that He is absent, or that He does not care.
However, our faith should not be based on our emotions but on the truth of God's Word. Just like on a cloudy day, we may feel that the sun is gone because the sky is dark. But is the sun truly gone? Of course not! The sun is still there, but it is hidden by the clouds. The same is true with God—He is always there, always listening to our prayers. However, the storms of life can sometimes make us feel that He is absent, indifferent, or silent.
In such moments, what should we do? God’s Word reminds us:
"Who among you fears the Lord and obeys the word of his servant? Let the one who walks in the dark, who has no light, trust in the name of the Lord and rely on their God." (Isaiah 50:10)
God reminds us that if we already fear Him and earnestly seek to listen to His voice, yet we still experience struggles and feel like we are walking in darkness, then we must continue to trust and rely on Him. Just like the sun, God is the Sun of Life. He will always appear and shine in His perfect timing.
This is also what the psalmist did. Even though his emotions fluctuated in prayer, he never stopped crying out to God. That is why, at the end of his prayer, he could say to God and to himself:
"But I trust in your unfailing love; my heart rejoices in your salvation. I will sing the Lord’s praise, for he has been good to me." (Psalm 13:6)
May this answer strengthen you to continue coming to God in prayer with thanksgiving. Then, the peace of God, which surpasses all understanding, will guard your heart and mind in Christ Jesus (Philippians 4:6-7). God bless you!
With love,
Pastor Yudi Jatmiko