BERSAKSI KEPADA SAHABAT
(image dari www.orissapost.com)
Di dalam salah satu buku yang memenangkan penghargaan Christian Book Award berjudul Seeking Allah, Finding Jesus, Nabeel Qureshi pernah mengatakan demikian:
I have found that many Christians think of evangelism the same way, foisting Christian beliefs on strangers in chance encounters. The problem with this approach is that the gospel requires a radical life change, and not many people are about to listen to strangers telling them to change the way they live. What do they know about others’ lives?
Menurut Nabeel, ini adalah kesalahan umum banyak orang Kristen yang langsung mengabarkan Injil kepada siapa saja yang ditemuinya, seolah-olah ingin memaksakan kepercayaan Kristen kepada orang tersebut. Bagi Nabeel, iman Kristen seharusnya bukan sekadar pengetahuan. Iman Kristen ialah perubahan hidup yang radikal. Ini yang tidak mungkin ditempuh jika dilakukan sambil lalu kepada orang yang kehidupannya tidak kita kenal dengan baik. Untuk itu, kita perlu memperhatikan beberapa prinsip bersaksi dalam persahabatan.
Lukas 10:1-12 mengisahkan tentang pelatihan yang Yesus berikan kepada para murid-Nya berdua-dua dalam rangka pembentukan menjadi murid Kristus agar efektif memberitakan kabar baik. Walaupun tidak dimaksudkan sebagai nats yang bercerita tentang penginjilan dalam persahabatan, kita dapat memetik beberapa prinsip yang penting.
Prinsip 1: Memberkati Mereka (ay.5). Sebagaimana murid-murid pada waktu itu, kita juga di utus untuk membawa shalom/damai sejahtera dalam persahabatan dan relasi pertemanan kita. Semakin orang mengenal kita, seharusnya semakin damai sejahtera hidup mereka. Hal yang dapat kita lakukan terkait prinsip ini ialah “encouraging words”. Kata-kata yang menguatkan sangat menjadi berkat bagi sesama.
Prinsip 2: Membangun Persahabatan Dengan Mereka (ay.7). Beberapa kata kerja: ‘tinggal, makan, minum, jangan berpindah-pindah’ mengindikasikan relasi yang menetap (mendalam). Ini yang harus kita lakukan dalam pertemanan. Kita perlu mengenal rekan kita dengan baik. Yang dapat kita lakukan ialah “listening ears”. Mendengarkan dengan aktif menjadi sarana yang baik dalam membangun persahabatan dengan rekan-rekan kita.
Prinsip 3: Memenuhi Kebutuhan Mereka (ay.9a). Tuhan memerintahkan: “sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ.” Maksudnya, kehadiran kita haruslah membawa fungsi therapeutik bagi rekan kita. Yang dapat kita lakukan ialah “acts of love”. Dalam karunia Tuhan, perbuatan kasih kita dapat ‘menyembuhkan’ atau ‘memulihkan’ berbagai pergumulan yang dihadapi rekan kita.
Jika kita melakukan ketiga prinsip ini, ada harapan bagi kita untuk bersaksi kepada sahabat karena ia tahu benar kita mengasihinya. Kesaksian yang disampaikan tanpa perbuatan kasih seperti tong kosong berbunyi nyaring. Tetapi kesaksian yang disertai perbuatan kasih yang nyata akan efektif. Nabeel mengatakan, “on the other hand, if a true friend shares the exact same message with heartfelt sincerity, speaking to specific circumstances and struggles, then the message is heard loud and clear. Effective evangelism requires relationship.”
Tuhan memberkati persahabatan dan kesaksian kita (yj).