BOLEH TETAPI TIDAK BISA; BISA TETAPI TIDAK BOLEH
Seseorang bercerita demikian, “Saya pernah protes kepada dokter langganan saya. Waktu itu menurut hasil lab, kolesterol saya cukup tinggi, sehingga dokter melarang saya makan makanan kesukaan saya, misalnya samcan (daging babi plus kulitnya), kepiting, durian, jeroan, soto betawi, pokoknya yang enak-enak menurut saya. Lalu saya katakan kepada dokter itu. “Dok, ketika masih muda, saya boleh makan apa saja yang saya suka, tetapi masalahnya saya tidak bisa membelinya karena tidak punya uang. Sekarang saya sudah punya uang dan bisa membeli makanan apa saja kesukaan saya, tetapi tidak boleh. Jadi kapan dong saya bisa makan enak?”
Cerita di atas amat unik dan menarik. Itulah kehidupan. Seringkali kita boleh tetapi tidak bisa. Sebaliknya, kita bisa tetapi tidak boleh. Manakah yang lebih bernilai? Hidup ini tidak melulu harus melakukan apa yang kita bisa dan boleh. Kecenderungan kita justru kita sering melakukan apa yang tidak boleh. Mengapa kehidupan kita lebih sering menuai badai ketimbang damai? Mengapa hidup kita lebih sering menderita ketimbang bahagia? Mengapa hidup kita lebih sering tertimpa musibah ketimbang berkat melimpah. Salah satu jawabannya adalah karena kita lebih mendengar suara hawa nafsu dosa kita ketimbang suara Tuhan. Prinsip hidup kita seringkali, “Kalogua bisa dan boleh kenapa dilarang-larang, hidup cuma sekali kok, hantam aja terus.” Begitu terjadi musibah, kita malah menyalahkan semua orang sampai Tuhanpun dihujat.
Para pembaca, Tuhan Yesus pernah berkata, bahwa setiap orang yang mau mengikut Dia maka ia harus menyangkal dirinya dan memikul salibnya dan mengikut Yesus (Matius 16:24).Perhatikan, Yesus katakan menyangkal dirinya, bukan menyangkal Tuhan, bukan pula menyangkal orang lain. Yang terjadi justru aneh bin ajaib, mengikut Yesus tetapi menyangkal Yesus dan menyangkal orang lain. salahin Tuhan, kambing hitamkan orang lain. Tuhan Yesus berkata, “Memikul salibnya,” bukan memikul salib Yesus atau salib orang lain. Yang terjadi justru aneh binti pusing, mengikut Yesus tetapi suruh Yesus pikul salibnya, suruh orang lain pikul salibnya. Dirinya sendiri tidak mau pikul malah suruh orang lain yang pikul. Dia yang berdosa, orang lain disuruh pikul akibatnya.
Mari kita merenung, berapa banyak usia hidup kita berlalu dengan percuma. Kita melampiaskan hidup kita karena kita berpikir mumpung masih bisa dan boleh. Mari kita belajar ketat dan disiplin, walaupun saya mau, bisa dan mampu tetapi jika tidak boleh (menurut iman, kesehatan atau kebaikan bersama) maka saya rela katakan “Tidak!”. Berapa sering kita menyangkal Tuhan dan orang lain dan menolak salib kita?
Rasul Paulus amat mengerti arti Matius 16:24. Coba simak 1 Korintus 10:23-31, Seringkali kita berkata, “Kenapa kebebasan gua ditentukan oleh orang lain, badan-badan gua, duit-duit gua, peduli amat!”. Rasul Paulus menjawab bahwa jika ia tidak melakukan sesuatu yang ia bisa dan boleh bukan karena keberatan orang lain tetapi karena ia tidak mau mendukakan Tuhan (ayat 31) Ia mau menjaga kebebasannya agar kebebasannya jangan sampai membawa kesengsaraan, kerusakan apalagi penderitaan bagi orang lain.
(Joseph Theo)