Doa bagi Negeri
Pada hari Minggu yang lalu, penduduk Singapura merayakan hari ulang tahun Singapura yang ke-50. Perayaan sepanjang tahun ini mencapai puncaknya dengan parade hari nasional yang meriah dan gegap gempita. Esok, rakyat Indonesia akan merayakan hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-70. Perayaan ulang tahun selalu membuat kita melihat baik ke belakang maupun ke depan. Ke belakang, untuk mensyukuri pemeliharaan Tuhan sepanjang tahun yang sudah lewat. Ke depan, untuk menatap tahun yang akan datang. Baik Singapura dan Indonesia akan melangkah ke depan dengan tantangannya masing-masing. Singapura, yang akan menjalani pemilihan umumnya sebentar lagi. Indonesia, yang sebentar lagi akan melalui satu tahun pertama pemerintahan Jokowi.
Dalam suratnya kepada Timotius, rasul Paulus menasihatkan Timotius untuk menaikkan ‘permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.’ (1 Tim 2:1-2) Saat itu kekristenan bukanlah agama yang legal di dalam kerajaan Romawi. Bahkan, di beberapa tempat, gereja dianiaya oleh penguasa setempat. Karena itu, saat itu ajakan untuk mendoakan para penguasa bukanlah ajakan yang mudah untuk dilakukan begitu saja. Apakah Anda akan berdoa bagi orang yang menganiaya Anda? Tidak mudah, memang, namun nasihat rasul Paulus ini mengikuti ajaran Yesus yang mengajak kita untuk mengasihi bahkan musuh kita sendiri.
Sebagai jemaat yang memiliki akar di dua bangsa, Singapura dan Indonesia, di tengah momen ulang tahun kedua negeri ini, marilah kita mengingat untuk senantiasa menaikkan doa syafaat bagi pemerintah kedua negeri ini. Jika gereja mula-mula saja dapat berdoa bagi penguasa yang menganiaya mereka, lebih-lebih kita yang dapat beribadah dengan bebas dan nyaman di tempat ini. Marilah kita doakan para pemimpin kedua negeri ini, agar mereka dapat memimpin negara mereka masing-masing dengan penuh takut akan Tuhan dan cinta kepada sesama. (SH)