Hospitality (Memberi Tumpangan)
“Memberi tumpangan” dalam Alkitab terjemahan Inggris adalah “hospitality”, merupakan terjemahan dari kata Yunani philoxenia. Berdasarkan kamus artinya adalah mengasihi orang asing (love for strangers, lihat Rom 12:13; Ibr 13:2; 1Pet 4:9).
Tema dan kisah tentang hospitality ini banyak terdapat dalam Perjanjian Baru dan juga Perjanjian Lama. Dalam konteks Perjanjian Lama, secara sejarah dan teologis Israel hampir selalu menjadi bangsa asing/pendatang, misalnya: di Mesir (keluarga Yakub), di padang gurun di antara sejumlah bangsa, tanah Kanaan tempat akhirnya Israel menetap bukanlah tanah asli milik sendiri, sebagian bangsa Israel ada di pengasingan ketika dijajah Asiria dan Babilonia. Dalam keterasingan mereka, Israel terus dipelihara oleh TUHAN. Karena itu perintah untuk memperhatikan dan menjadi berkat untuk orang asing dalam Perjanjian Lama diulang di sejumlah tempat (Im 19:9–10; Ul 5:14; 24:19–22; 14:28–29; 26:12–13; Kel 20:10; Yes 42:6; 66:19 dll.)
Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus sendiri menikmati sejumlah hospitality dari orang-orang (Luk 8:1–3; 9:1–6; 10:3–12, 38–42). Dan ia mengajarkan tentang hal ini khususnya dalam Luk 14 dan Mat 25. Luk 24:12-14 Yesus mengajarkan jika seseorang mengadakan perjamuan, yang diundang bukanlah keluarga atau teman tetapi orang miskin, cacat, lumpuh dll. Dalam Matius 25:31-46, Yesus berkata “apa yang kamu lakukan untuk saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Para murid menggantungkan diri pada hospitality orang lain dalam pelayanan mereka (Mat 10:5-15; Mrk 6:6b-13; Luk 9:1-6) demikian juga para misionaris pertama dalam Kisah Para Rasul (16:15, 32–34; 18:1–11).
Apa wujud nyata hospitality dalam Alkitab? Yang utama adalah memberi tumpangan. Dalam Kejadian 18 Abraham memberi tumpangan kepada orang asing yang ternyata adalah Allah sendiri atau malaikatnya. Hal ini dijadikan referensi dalam Ibr 13:2 dan rupanya menjadi norma bagi orang Kristen mula-mula.
Mengapa hal ini ditekankan? Yang pertama, untuk meruntuhkan benteng perbedaan status sosial/ekonomi dan lebih mengedepankan saling menhormati dan saling menerima, biasanya dengan wujud perjamuan kasih. Kedua, memberikan sarana pemenuhan kebutuhan bagi orang asing, orang Kristen yang sedang melakukan perjalanan dan orang miskin. Ketiga, mendorong penyediaan sarana pertemuan Kristen di rumah-rumah.
Semua data di atas menunjukkan pentingnya hospitality dalam Alkitab dan Kekristenan. Orang Kristen harusnya memiliki kebiasaan ini baik dalam lingkungan Kristen sendiri ataupun kepada orang di luar Kristen. Wujud nyata untuk orang Kristen masa kini adalah ramah, memberi bantuan, menjamu makan (sederhana), memberi tumpangan, menjadikan rumah tempat bersekutu dan lain-lain. Marilah kita membangun karakter hospitality dan mempraktekkannya dalam hidup kita! (DjH)