How does seeking God’s Kingdom first look like in the hustle and bustle of Singapore life?
by Albertus HA ·
Question: How does seeking God's Kingdom first look like in the hustle and bustle of Singapore life? How should the mind be transformed and therefore turn onto action applied in daily life?
Answer:
Terima kasih untuk pertanyaan yang baik ini. Untuk mengerti bagaimana hidup dalam nilai-nilai Kerajaan Allah di Singapura, kita perlu mengerti apa yang dimakud dengan Kerajaan Allah itu sendiri.
Di dalam Matius 5-7, Yesus banyak mengajar tentang Kerajaan Allah. Kerajaan Allah ini tidak bersifat politik, melainkan rohani. Ini adalah sebuah Kerajaan di mana Allah memerintah di dalam hati manusia. Hati dalam pengertian Yudaisme pada waktu itu ialah pusat kendali dan kepribadian hidup manusia. Dengan demikian, Kerajaan Allah ialah pemerintahan Allah dalam hati manusia sebagai pusat kendali. Allah menjadi raja dalam tiap aspek kehidupan manusia: pikiran, perasaan dan kehendaknya. Hal ini dapat dimengerti karena Allah adalah Raja Semesta. Ia bukan hanya Pencipta, tetapi juga Pemelihara, Penebus dan Pemulih dan Semesta. Tetapi keirnduan terdalam Allah bukan pada teritori yang bersifat geografis, melainkan teritori rohani, yaitu hati manusia. Allah ingin manusia memberi tempat semestinya kepada Allah, yaitu pengendali dan penguasa tertinggi dalam hidup manusia, semata-mata karena Ia adalah Raja. Dan Ia adalah Raja yang baik dan penuh kasih.
Sebagaimana layaknya setiap pemerintahan memiliki nilai-nilai atau hukum, demikian juga pemerintahan Allah. Nilai-nilai Kerjaan Allah dinyatakan dalam nilai-nilai kehidupan yang disebut sebagai Kingdom values. Hal ini jelas terlihat dalam butir-butir kotbah di Bukit. Salah satu contohnya ialah ‘berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah karena mereka yang empunya Kerajaan Sorga’ (Mat.5:3). Tentu saja hal ini bertentangan dengan nilai Kerajaan dunia pada umumnya. Dalam Kerajaan dunia, kemuliaan seseorang seringkali diukur bukan dari kelemahan dan ketidakberdayaannya. Sebaliknya, kemuliaan seseorang diukur dari kebesaran dan kepemilikannya. Ini berbanding terbalik dengan Kerajaan Allah. Dalam Kerajaan Allah, justru kemuliaan seseorang diukur dari ketidakberdayaan dan kesadarannya untuk mengakui kemiskinannya di hadapan Allah. Artinya, ia sama sekali tidak memiliki apa-apa di hadapan Tuhan, miskin, papa dan bergantung pada belas kasihan Tuhan. Yesus mengatakan bahwa orang yang demikianlah yang empunya Kerajaan Sorga. Tentu saja hal ini akan tidak relevan dengan Kerajaan dunia karena nilai-nilai ini bukan nilai Kerajaan dunia, tetapi Kerajaan Sorga; nilai Kerajaan Allah.
Kini mari kita masuk ke dalam pemahaman bagaimana mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya dalam konteks Singapura. Mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya berarti menempatkan Yesus sebagai Tuhan dan Raja dalam tiap aspek hidup kita. Itu berarti mengakui kedaulatan dan pemerintahan-Nya atas tiap detil hidup kita, termasuk pekerjaan dan kehidupan kita yang serba cepat di Singapura.
Mengakui pemerintahan Kristus dinyatakan dengan hidup seturut nilai-nilai Kerajaan-Nya, atau seturut firman-Nya. Ketika kita mengakui kedaulatan dan pemerintahan Kristus atas seluruh aspek hidup kita, dan hidup seturut firman-Nya, maka sebetulnya kita sedang “mencari dahulu Kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya.” Istilah ‘mencari dahulu’ dalam bagian itu sebenarnya merujuk kepada prioritas. Ketika kita memprioritaskan kehendak Allah dan firman-Nya dalam tiap aspek hidup kita, maka kita sedang menghidupi Kerajaan-Nya dalam segala tindakan dan hidup kita di Singapura.
Hal ini tentu saja tidak selalu mudah karena tidak selalu nilai-nilai dunia sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Kristus. Ketika keduanya bertentangan dan bertabrakan, dan kita harus memilih, maka ‘carilah dahulu Kerajaan Allah’ berarti kita harus memprioritaskan pilihan kepada nilai-nilai Kerajaan Kristus. Apa yang memuliakan Kristus? Apa yang menjadi berkat bagi orang lain? Ini yang menjadi prioritas kita. Di tengah ketegangan dan pergumulan pengambilan keputusan, Yesus berjanji bahwa “semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat.6:33). Ini menggambarkan pemeliharaan Tuhan atas kebutuhan hidup kita karena itu Ia menghiburkan hati kita, “Sebab itu jangan kuatir akan hari besok, karena hati besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” (ay.34). Dalam konteks penghiburan Tuhan tersebut, apa yang Tuhan tambahkan ialah terkait bukan saja tentang kebutuhan materi: apa yang kamu makan, minum, pakai, tetapi juga kebutuhan rohani, termasuk hikmat ketika kita berhadapan dengan kesulitan dalam pengambilan keputusan. Allah akan menyediakannya jika kita memprioritas Diri-Nya.
How should the mind be transformed and therefore turn onto action applied in daily life?"
Dalam terang Kerajaan Allah, maka pikiran kita diubahkan seiring dengan kita mengisinya dengan firman Kristus, Sang Raja. Semakin kita mengisi pikiran dan hati kita dengan firman Kristus, dan menerapkan firman itu dalam kehidupan sehari-hari, maka sehari demi sehari pikiran kita diubahkan seturut firman Kristus. Dengan demikian, sehari demi sehari, kita akan hidup makin menyatu dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Inilah yang Tuhan Yesus maksudkan, “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga.” Kerajaan Tuhan datang di bumi karena Yesus memerintah di dalam hati kita, dan kita menghidupi nilai-nilai Kerajaan-Nya dalam aspek-aspek hidup kita setiap hari.
Tuhan memberkati!