Ibadah
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1)
Setelah melewati 11 pasal dalam kitab Roma, hari ini kita memasuki segmen yang baru dalam kitab ini. Roma 12:1 adalah pivot dalam kitab ini, yang menghubungkan penjabaran teologi keselamatan di dalam Kristus di pasal 1-11, yang dirangkum oleh Paulus dengan frase ‘kemurahan Allah’, dengan implikasi praktis dari teologi tersebut di pasal 12-15.
Implikasinya adalah respon yang sesuai terhadap segala kemurahan Allah yang telah kita terima adalah untuk beribadah kepadaNya. Namun, ibadah seperti apakah yang dimaksud? Bahwa kita selayaknya mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Di sini Paulus sebenarnya sedang menggemakan ritual persembahan kurban bangsa Israel, dimana bangsa Israel diperintahkan untuk mempersembahkan korban yang kudus dan berkenan kepada Allah sebagai bagian dari ibadah mereka. Berbagai ketentuan ritual ini dapat kita baca, misalnya, di sepanjang kitab Imamat:
“Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan akan dia.” (Im 1:3)
“Inilah hukum tentang korban penebus salah. Korban itu ialah persembahan maha kudus.” (Im 7:1)
“Apabila kamu mempersembahkan korban keselamatan kepada TUHAN, kamu harus mempersembahkannya sedemikian, hingga TUHAN berkenan akan kamu.” (Im 19:5)
Dengan kata lain, Paulus di sini sedang mendefinisikan ulang apa artinya untuk beribadah sebagai respon terhadap segala kemurahan Allah yang kita terima, yaitu bukan dengan persembahan korban seperti yang dimengerti pada saat itu namun dengan mempersembahkan diri kita sendiri. Yaitu, bukan dengan korban persembahan yang mati namun persembahan yang hidup, yaitu diri kita sendiri. Kehidupan kita itulah yang akan merefleksikan respon kita terhadap kemurahan Allah. (SH)