KEMATIAN ADALAH BERKAT
by GPBB · Published · Updated
Keluar makan siang tanpa membawa hand-phone, itu yang terjadi pada satu hari Sabtu di bulan Juli 2023 lalu. Begitu kembali ke kantor, saya langsung membuka HP dan ya ampun, saya kaget ada 7 kali panggilan tak terjawab dari nomor Hp Indonesia yang sama yang saya kenal. Segera saya telepon balik. “Papa saya sedang koma di ICCU, terdengar suara lirih di ujung telepon. Saya terdiam sesaat. Teman saya memohon agar saya mendoakan ayahnya. Enam jam dari pukul 11.00, berita kedua masuk: “Papa telah tiada.” Saya diam dan tertunduk lesu. Doa kembali dinaikkan untuk penguatan.
Berita kematian bukanlah berita baru bagi saya. Ratusan bahkan ribuan kali sering mendengar. Sudah biasa! Tetapi mengapa selalu saja mengejutkan, menyedihkan dan terasa bagai petir di siang bolong jika yang meninggal adalah orang yang terdekat dengan kita, yang kita kasihi apalagi keluarga kita sendiri.
Kematian adalah akhir dari perjalanan ziarah manusia, begitu kata Ladislaus Boros¹. Itu artinya manusia sudah tidak ada lagi di dunia ini, habis masa `kontraknya`. Perasaan keterhilangan itulah yang membuat berita kematian hampir selalu menyesakkan. Reaksi kaget, sedih dan tak percaya akan selalu banyak mendominasi berita tentang kematian. Tetapi, hendaknya kita yang hidup tidak terfokus di sana. Jauh lebih penting melihat arti kematian. Kematian harus dilihat sebagai awal bukan akhir. Kematian adalah tidur (Yohanes 11:11) Ini sama artinya orang yang mati akan bangun sebab bangun adalah akhir dari tidur. Jadi janganlah takut dengan kematian tetapi selalu menyadari bahwa kematian akan datang dengan tiba-tiba. Ingat, kematian adalah bagian dari kehidupan dan kehidupan juga bagian dari kematian. Artinya didalam kehidupan ada kematian, dan didalam kematian juga ada kehidupan karena kematian adalah pintu masuk kepada kehidupan kekal bersama Kristus. Hiduplah dengan pengetahuan bahwa kita akan mati, tetapi matilah dengan pengetahuan bahwa kita akan hidup. Dengan pengetahuan ini kita akan berani menghadapi kematian. Hidup dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21). Ini harus jadi prinsip setiap orang Kristen sejati.
Lima hari setelah Lenin meninggal, Nadezhda Krupskaia, sang istri berseru lewat harian Pravda kepada para buruh dan tani agar dukacita kepergian Illich (nama lain Lenin) dinyatakan secara lain. “Jangan dirikan monumen baginya. Jika ingin menghormati Illich, bangunlah tempat perawatan bayi, kindergarten, rumah yatim piatu, dan sekolah². Jika Krupskaia yang ateis saja bisa memikirkan kesejahteraan orang lain, mengapa kita tidak. Kematian kita harus mendatangkan manfaat dan berkat buat sesama. Bukankah kematian Yesus Kristus menjadi jalan keselamatan untuk manusia.
Jadikan kematian kita sesuatu yang indah dan menjadi berkat. (J.Th)
¹Ladislaus Boros lahir di Budapest, Hungaria, 02 Oktober 1927. Meninggal di Cham, Switzerland tahun 1981. Ia dikenal sebagai salah satu teolog Katolik paling berpengaruh di kalangan ordo Jesuit. ²Mohamad, Goenawan. Catatan Pinggir. Jakarta: Pusat Data dan Analisa Tempo. 2006.
Image courtesy of Pixabay