KESAKSIAN PRAPASKAH ENAM
Kalau saudara/i ditanya, “melayani Tuhan itu seperti apa?”, barangkali kita akan menemukan jawaban yang bervariasi. Saya sendiri mulai dengan kesadaran bahwa talenta yang saya punya terlalu besar untuk cuma digunakan oleh pekerjaan manusia–baik pekerjaan orang lain, maupun pekerjaan sendiri. “Hanya pekerjaan Tuhan yang layak untuk dikerjakan oleh talenta sebesar ini”, itu kata saya; maka di tahun 2002, saya berkata kepada Tuhan: “Tuhan, hari ini saya serahkan talenta musik saya kepadaMu. Composing, arranging, orchestrating, semua silakan pakai, Tuhan”.
Karena saya pada waktu itu masih muda, pikiran orang muda saya menyimpulkan bahwa:
1. Kalau Tuhan sudah beri talenta, tidak mungkin disia-siakan –pasti dipakai, apalagi kalau sudah diserahkan
2. Kalau sudah diserahkan, maka sebentar lagi Tuhan akan pakai
3. Kalau sebentar lagi dipakai, maka saya siap-siap untuk pindah jalur ke musik
Saudara/i tahu apa yang terjadi kemudian? Yang terjadi adalah saya di-stop dari composing, arranging, orchestrating; dan selama bertahun-tahun saya bingung dan bertanya-tanya, “Tuhan ini gimana sih, dikasih nggak mau. Sudah diserahkan bukannya dipakai malah di-stop”. Tahun demi tahun “keanehan” Tuhan ini bukannya “membaik”, tapi malah “makin parah” –menurut manusia tentunya–; saya malah ditempatkan Tuhan untuk bekerja di engineering field. Situasi “diperburuk” karena waktu itu kami sedang persiapan menikah. Memangnya bisa seenaknya pindah jalur, loncat pekerjaan, setelah married? Kalau memang dari awal niatnya mau dipindah ya cepetan dong, Tuhan. Masa sih Tuhan nggak ngerti situasi saya? Kalau belum saatnya pindah, ya tolong jangan disuruh kerjain engineering job dong, Tuhan. Kenapa? Karena bikin tumpul kreatifitas yang saya sangat butuhkan untuk composing, arranging, dan orchestrating. Tiap hari kerjaannya seperti robot lihat functional specs; kalau diubah sedikit, itu hitungannya salah (disclaimer: saya tidak sedang menghina teman-teman yang kerja di engineering, tapi ini yang saya rasakan waktu itu).
Ada 2 basic errors yang saya buat di ke-3 “kesimpulan orang muda” di atas. Saya akan menjelaskan dari sisi yang betul-nya. Yang pertama, kalau Tuhan serius mau pakai, Dia akan siapkan dulu. Yusuf saja menunggu 17 tahun, Abraham 25 tahun, Musa 40 tahun, Nuh menunggu 100 tahun! God is never in hurry in preparing His servants for His work. Yang kedua, hanya inisiatif dan ide Tuhan yang berlaku di pekerjaan Tuhan. Inisiatif dan ide manusia –apakah itu orang lain, pendeta, apalagi inisiatif/ide sendiri– tidak sama dengan inisiatif Tuhan. Semua harus ditanyakan ulang kepada Tuhan yang Empunya inisiatif dan ide. My act giving out my talents to God is an absolute necessary, but it’s still NOT the whole picture of God’s initiative and idea. Masih ada bagian-bagian dalam diri saya yang berkata, “ini aransemen saya; ini hasil pekerjaan saya”. But someone will say, “Gampang solusinya: kalau begitu jangan terlalu banyak kontribusi melayaninya, biar jangan jadi ‘pekerjaan saya’”. Nanti dulu, tidak semudah itu! Standard pekerjaan Tuhan terlalu tinggi untuk dipenuhi dengan cara “jangan terlalu banyak, secukupnya saja”. Tuhan hanya mau pakai pekerjaanNya dengan kekuatanNya, karena hasil pekerjaan manusia jauh di bawah standard pekerjaan yang Tuhan mau –baik yang terlalu sedikit bekerja maupun yang terlalu banyak bekerja. Tuhan sengaja buat pekerjaanNya impossible untuk dilakukan oleh manusia demi kebaikan kita sendiri: supaya kita tidak bisa mencuri kemuliaan Tuhan.
Lalu bagaimana? Setelah married, Tuhan berkata langsung lewat Roh Kudus dalam hati saya, “mulai hari ini, Aku Tuanmu”. Saya ikuti; karena saya sadar bahwa mengaku Nama Yesus artinya ada 2 hal yang harus dilakukan: “(1) mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan (2) percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Roma 10:9), atau dengan kata lain: mulai sekarang Yesus adalah Tuanku DAN Juruselamatku –bukan cuma salah satu saja!
Selesai? Belum! Alkitab berkata, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Mat 10:38-39). Satu demi satu Tuhan meminta untuk saya menyerahkan semua yang saya punya –penyerahan total– mulai dari uang sampai hobby, dari pekerjaan sampai keluarga. “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Mat 10:37). Setelah bisa menyerahkan semua, baru Tuhan atur supaya saya pindah field ke musik –ya, saya pindah jalur setelah married!
Selesai? Belum! Setelah pindah jalur ke musik, Tuhan berkata lagi kepada saya: “Sekarang Aku minta talenta musikmu. Kamu sudah kerja disitu, dan itu yang paling besar yang kamu punya. Kamu rela tidak menyentuh musik lagi?” Waktu Tuhan minta seperti itu, saya pikir bakal jobless dan nggak tau akan ngapain setelah itu; tapi karena saya sudah belajar menyerahkan diri, maka saya jawab, “Rela, Tuhan”. Setelah itu saya bingung, soalnya baru saja dapat satu CD project dari client –one big project that turns out to be my primary dream if I were to composing, arranging, and orchestrating for God: A Story about Jesus my Lord and King, all rendered by using cinematic music composition. Karena saya pikir bakal nggak kerja di musik lagi, maka saya tanya Tuhan, “Tuhan, terus project ini gimana? Aku cancel sekarang ya, Tuhan. Saya kontak clientku sekarang untuk batalkan”. He replied, “Nah, karena kamu sudah menyerahkan semua dengan rela hati, Aku beri balik project ini –dan juga semua talenta musikmu. I’m the LORD, the Owner of all things. I take and I give. I kill and I give life. Mulai sekarang kerjakan semua pekerjaan musikKu dengan RohKu yang Aku tempatkan di dalam-mu –start from this big CD project.”
Karena sudah dikasih balik dan terima perintah, ya saya kerjakan dengan senang hati –musik bukan lagi pekerjaan saya ataupun kepunyaan saya yang harus dipertahankan. Saya mengerjakan pekerjaan yang adalah kepunyaan Yesus Tuan –artinya semua otoritas di tangan Tuhan, baik management maupun providence untuk semua project music yang saya terima. Dengan kata lain: God is now my CEO, no longer myself. Saat itu Tuhan membebaskan saya dari semua concern about myself when composing music. Saya bisa compose, arrange, dan orchestrate freely untuk Tuhan tanpa ada concern lagi tentang copyright, uang, dll. Ini project Tuhan: Dia sendiri yang akan kasih “imbalan” ke saya, bukan orang lain –dan Tuhan sudah buktikan Dia setia sampai saat ini. Ketika kita dengan rela hati menyerahkan kepada Tuhan apa yang paling menjadi kesayangan kita (baca: berhala kita), ketika itu juga Dia memutuskan belenggu-belenggu yang sebelumnya mengakar dalam kehidupan kita. Tuhanlah yang seharusnya Siapa yang paling menjadi kesayangan kita. Baru setelah itu kita bisa hidup dengan “enteng”.
Kembali ke big CD project yang dikembalikan tadi, saya punya waktu +1 tahun untuk selesaikan project itu. Ada 10 lagu –dua diantaranya medley–, semua harus dibuat dan diselesaikan from scratch. Kalau saya hitung dengan kecepatan kerja saya selama sebelum itu, untuk aransemen 1 lagu saja bisa sampai berbulan-bulan, biasanya karena kehabisan ide. Nah, itu dulu, apalagi sekarang dengan kreatifitas yang semakin tumpul karena nggak pernah dipakai! Impossible! Kalau mau dipikir, it’s mad saya terima project itu! Tapi karena waktu ditawari saya sudah consult Tuhan apakah harus diterima atau tidak, dan Dia bilang ambil, ya saya ambil saja. Kan yang Tuhan suruh ambil, saya sudah tanya Dia dulu sebelum ambil keputusan.
Hal pertama yang Tuhan minta setelah big CD project ini diberikan kembali adalah… jangan kerjakan projectnya, tapi baca Firman Tuhan dan doa dulu dihadapan Tuhan selama 2 bulan –seperti yang sudah saya lakukan secara rutin for the past years. Kalau mau dipikir, it’s another madness, karena kalau pakai perhitungan manusia lebih tidak akan selesai lagi! Tapi saya patuh saja karena sudah ambil komitmen dengan segala konsekuensinya; dan saya percaya pada perkataan, rencana, dan kuasa Tuhan. Yesus bukan Tuhan yang lepas tangan. Sama seperti CEO yang baik, Dia yang tanggung jawab penuh untuk setiap project yang Dia berikan kepada anak buahNya. Ketika kita percaya penuh pada apa yang Tuhan lakukan dan menyerahkan agenda kita kepada-Nya, ketika itu juga Dia bebas untuk melakukan agendaNya dalam dan melalui kehidupan kita. Kita semua tahu bahwa agenda dan rencana Tuhan jauh lebih baik dari agenda dan rencana kita sendiri –tinggal apakah kita mau percaya dan menyerah kepada Tuhan atau tidak. Remember, God knows exactly what He is doing.
Selesai waktu persiapan, tepat tanggal 1 April Tuhan ngomong lagi lewat Roh Kudus dalam hati saya, “Hari ini kita mulai kerja project from scratch. Ambil notes dan pen, Aku akan perdengarkan aransemen yang harus kamu buat di dalam hatimu –kamu catat supaya nggak lupa. Semua ide dari Aku. Kamu cuma pensil saja di tanganKu” Dan benar, hari demi hari, saya diperdengarkan dan diberi ide –several sections per day; setelah ide diberikan, baru saya turn on computer to complete those sections. Dalam waktu 5 hari, aransemen dan orkestrasi untuk 1 lagu selesai –yang kalau saya kerjakan sendiri makan waktu berbulan-bulan cuma untuk 1 lagu! Praise the LORD for His wisdom, grace, and mercy for a sinner like me!
Nah, tentu untuk membuat CD, yang perlu dilakukan bukan hanya aransemen dan orkestrasi –itu baru permulaan; jadi memang CD nya tidak langsung selesai dalam waktu 50 hari –tidak sesimple itu. Ada banyak hal lain yang harus dilakukan, dan untuk setiap step dalam project itu, saya harus terus taat dengan cara selalu melihat pada Tuhan: apa sih yang Dia mau untuk setiap step? Kapan saatnya harus dilakukan? Kapan harus pindah step? Those turn out to be very crucial for the completion of the project. Setelah taat ikut pada setiap step, maka akhirnya pada bulan Desember, projectnya bisa selesai sesuai dengan waktu dan kemauan Tuhan –tepat waktu sesuai dengan batas waktu yang diberikan client. Jesus is the ultimate Project Manager!
Mungkin ada yang bertanya, gimana kalau nggak sesuai dengan kemauan Tuhan tapi tetap dipersembahkan? Tentu saja bisa. Tapi, ya, jadinya seperti persembahan Kain: jangan protes kalau persembahan kita ditolak karena tidak sesuai kriteria Yesus. Sebaliknya, bersyukurlah karena Dia masih mau menegur kita, dan yang terpenting: bertobatlah sehingga Tuhan berkenan atas apa yang kita persembahkan. “… janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa” (Kel 23:14-15, 17; 34:20, 23; Ul 16:16).
Kembali ke cerita saya, dari project ini saya belajar banyak hal penting mengenai pelayanan: (1) pekerjaan Tuhan harus dilakukan oleh Tuhan sendiri melalui Roh Kudus yang Dia tempatkan dalam diri kita; dan (2) Roh Kudus tidak bisa bekerja dalam diri Anda kalau Anda tidak pernah menyerah total pada pimpinan Tuhan. Apa pun pekerjaan Tuhan yang Anda kerjakan, Yesus sendiri yang harus menentukan sesimple apa atau sebesar dan se-kompleks apa. He is “the commander of the army of the LORD” (Joshua 5:14-15; 6:2) and the CEO of our lives. Dia yang harus menentukan siapa saja yang akan terlibat dalam pekerjaan itu, karena itu projectNya –bukan project manusia. Dia juga yang harus menentukan timing untuk semua step dalam pekerjaan itu. Dan yang terpenting, Tuhan sendiri yang harus melakukan melalui hidup kita –pakai kekuatan Tuhan. Tugas kita adalah untuk selalu melihat pada Yesus untuk bisa tahu apa yang Dia sedang kerjakan dalam hidup kita dan melalui kita.
Itulah pelayanan: membawa persembahan kepada Tuhan. Kalau kita tidak pernah mengenal Allah secara pribadi, bagaimana kita bisa berharap Tuhan untuk menerima persembahan kita? –kriteria persembahannya saja tidak tahu! Jadi bacalah Firman Tuhan secara urut dan teratur, berdoalah minta pimpinan Tuhan supaya mata kita terarah kepadaNya. Menyerahlah pada Tuhan dan patuhlah padaNya! Menyerah dan patuh bukan karena Tuhan itu otoriter, tapi karena Anda mengasihi Tuhan dengan segenap hati Anda.
Lalu apa hubungannya dengan tema Paskah tahun ini? Alkitab Bahasa Inggris menterjemahkan ayat tema kita seperti ini: “… in all these things we are more than conquerors through Him who loved us.” (Romans 8:37, NIV)
What is more than conqueror? An Emperor? There is only One Emperor: God Himself! Dari apa yang Tuhan ajarkan kepada saya lewat pengalaman hidup –dan juga menurut Alkitab, hanya satu jawabannya: To be conquered by Christ –wholly! (Menurut Alkitab: Kej 32:28; Yakub dihitung “menang” oleh Tuhan Allah meskipun kenyataannya ia “kalah gulat” Mengapa? Karena ia akhirnya menyerah kepada Tuhan setelah bergumul melawan Allah dan manusia. Atau dengan kata lain, Yakub menang atas dirinya sendiri)
Diatur oleh Tuhan itu indah; alami sendiri bedanya “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” (Maz 34:9). Amin!