KETAATAN SEJATI
Ketaatan untuk melakukan firman Tuhan adalah ciri mendasar kesejatian iman Kristen kepada Tuhannya. Tuhan senang jika anak-anak-Nya hidup dalam ketaatan. Tetapi taat itu susah-susah gampang. Susah, karena kita hidup dalam dunia yang memberontak terhadap Allah dan firman-Nya. Natur dunia pada dasarnya adalah ketidaktaatan atau pemberontakan terhadap Allah. Gampang, karena sekalipun kita hidup dalam dunia yang memberontak, Allah tidak meninggalkan kita seorang diri. Ia memberikan Roh Kudus untuk menyertai dan memampukan kita menerapkan firman Tuhan dalam ketaatan. Ia juga memberikan gereja sebagai komunitas yang menguatkan kita untuk bertumbuh melakukan firman Tuhan setiap hari. Namun yang jadi permasalahan ialah ketaatan seringkali berhenti menjadi sekadar sebuah keinginan dan bukan pola hidup dalam tindakan. Misalnya, kita tahu bahwa melayani adalah perintah Tuhan (Rm. 12:11; 1 Pet. 4:10). Banyak dari kita yang ingin taat terhadap perintah itu dan melayani Tuhan (dalam hal ini di GPBB). Tapi ada juga yang tidak betul-betul mewujudkannya dalam tindakan. Contoh lain, kita tahu bahwa menjadi murid Kristus ialah bertumbuh menyerupai Kristus dan membimbing orang lain untuk mengalami pertumbuhan yang sama. Namun tidak jarang kita lebih merasa nyaman untuk menerima pertumbuhan itu untuk diri sendiri saja, tetapi tidak membimbing orang lain. Sebagian karena merasa kurang diperlengkapi. Sebagian lagi, kurang pede secara rohani. Keinginan membimbing orang lain menjadi murid Kristus pernah ada, tetapi jarang untuk benar-benar diwujudkan. Itu bukan ketaatan yang sejati. Ketaatan yang sejati diwujudkan dalam pola hidup, bukan semata-mata keinginan.
Salah satu prinsip penting dalam mewujudkannya adalah hidup yang dekat dengan firman Tuhan. Musa berkata “firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan” (Ul. 30:14). Pemazmur juga mengingatkan hal yang sama. Orang yang berbahagia adalah orang yang melakukan Firman Tuhan (“hidup menurut Taurat TUHAN” Mzm 119:1). Kata “berbahagialah” (ash’rëy)dalam bahasa aslinya memiliki makna yang lebih dalam daripada yang umumnya kita pahami di masa kini. “Bahagia” di sini berarti “diperkenan Tuhan” atau “disenangi Tuhan.” Dengan kata lain, orang yang melakukan firman Tuhan adalah orang yang berbahagia karena Tuhan senang kepadanya. Berkat dan penyertaan Tuhan tersedia bagi orang itu (perhatikan terjemahan Inggrisnya “blessed” atau “diberkatilah”). Walaupun demikian, tidak berarti hidup kita bebas masalah. Banyak anak Tuhan yang taat tetap menghadapi pergumulan. Namun, Tuhan akan menyertai orang yang taat, sekalipun mereka berada dalam pergumulan. Penyertaan Tuhan ini dasar kekuatan dan kemenangan bagi orang yang taat. Sebaliknya, orang yang tidak taat tidak disenangi Tuhan. Walau hidupnya terlihat lancar, sesungguhnya Tuhan tidak menyertainya. Ketaatan sejati yang Tuhan ingin kita nyatakan dalam hidup sehari-hari ialah melakukan apa yang Tuhan perintahkan dalam firman-Nya. Niscaya, berkat dan penyertaan-Nya tersedia bagi kita. Pertanyaannya, sudahkah ketaatan menjadi tindakan yang mewujud dalam pola hidup kita? Ataukah masih sekadar sebuah keinginan? (yj)