KETETAPAN HATI DANIEL
(image dari www.wikimedia.org)
Sebuah puisi Afrika mengisahkan bahwa setiap pagi seekor rusa bangun dengan perasaan gelisah karena ia harus berlari sekencang-kencangnya supaya tidak dimakan oleh macan. Di sisi lain, seekor macan terjaga dari tidurnya, juga dengan perasaan gelisah karena harus berlari sekencang-kencangnya supaya dapat memakan rusa. Keduanya lari supaya dapat tetap hidup, dan lari begitu rupa dengan gelisah. Kehidupan rusa dan macan mirip dengan kehidupan manusia saat ini yang hidup dengan “berlari dalam kegelisahan.” Hal yang sama juga terjadi dalam tempat pekerjaan yang serba cepat dan kompetitif. Akibatnya, tidak jarang iman dikompromikan dan kualitas kerja diabaikan. Bagaimanakah seharusnya seorang anak Tuhan bekerja? Mari belajar dari Daniel, seorang anak Tuhan yang dipakai Tuhan luar biasa dalam pekerjaan di istana Babel.
Hal utama yang paling kentara dari teladan pekerjaan Daniel adalah integritasnya. Integritas ini tetap terjaga walau diperhadapkan dengan dua godaan: pertama, berkaitan dengan makanan (ay. 5). Masalah yang muncul dalam godaan ini bukan semata-mata karena makanan itu nikmat (Alkitab tidak melarang makan makanan enak), tapi karena besar kemungkinan makanan itu adalah makanan yang dilarang menurut kitab Imamat; kedua, berkaitan dengan nama (ay. 7). Makna dari nama-nama yang berubah ini menunjukkan usaha untuk melunturkan iman Daniel dan kawan-kawannya. Dua godaan ini mengkompromikan iman demi kenikmatan dan penerimaan. Akan tetapi, Daniel tetap memelihara integritasnya. Ayat 7 mengatakan: “Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya . . .” Kata “berketetapan” pada ayat itu, dalam bahasa aslinya, memiliki makna yang luas. Salah satunya adalah seperti seorang yang sedang menyetem senar alat musik atau men-set up sesuatu supaya menghasilkan suara persis dengan tangga nada yang diharapkan. Begitu juga hati Daniel. Ia menjaganya begitu rupa supaya hatinya “berbunyi” seperti nada dalam hati Tuhan. Tuhan membenci dosa, Daniel juga membenci dosa. Itulah sebabnya ia tidak mau menajiskan dirinya, sekalipun dengan tawaran kenikmatan dan penerimaan. Daniel tidak mau mengkompromikan imannya.
Kata “berketetapan” dalam ayat 7 juga tidak dimaksudkan bahwa Daniel hanya melakukannya satu kali dan selesai. Tidak! Tenses yang dipakai pada kata itu (Qal Imperfect) menunjukkan adanya kebiasaan (habit) dalam diri Daniel. Tidak heran pasal 6:11c dikatakan: “tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” Ini menunjukkan bahwa komitmen Daniel untuk berketetapan bagi Tuhan adalah sebuah disiplin rohani yang terus-menerus ia lakukan sebagai sebuah kebiasaan. Ia terus-menerus menjaga hatinya agar memiliki hidup berintegritas di hadapan Tuhan. Hasilnya, Tuhan mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang. Perkenanan dan penyertaan Tuhan menjadi kunci keberhasilan Daniel.
Marilah sebagai pekerja Kristen, kita hidup meneladani Daniel yang memiliki integritas! Untuk orang-orang yang demikian, Tuhan akan berkata: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia. . . . Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Mat 25:21). (YJ)