Larangan Tuhan adalah Kasih Tuhan
Akibat dosa, kerusakan terjadi merata ke semua lini ciptaan Tuhan. Pertama dan terutama, manusia TIDAK BISA menerima dirinya. Manusia berkata “aku telanjang”. Manusia malu atas eksistensi dirinya, mengalami ketakutan, dan diselimuti oleh rasa bersalah (Kej 3:7-10). Tetapi tiga konsekuensi tsb tidak menjadikan mereka jujur, itulah mengapa pelanggaran tsb membawa Anarki Kerusakan menyeluruh.
Banyak orang Kristen yang menuding Tuhan Allah sebagai biang keladi semua Anarki Kerusakan tsb. Sebab Tuhanlah yang meletakkan pohon buah pengetahuan baik dan jahat serta memberikan larangan. Mengapa semua itu harus ada? Bukankah dengan eksistensi pohon tsb dan pemberian larangan sebenarnya Tuhan Allah seolah-olah sudah menyiasati kejatuhan manusia? Bukannya Tuhan Allah sudah tahu bahwa adanya larangan bakal membuat manusia penasaran dan akhirnya melanggar? Beberapa pertanyaan itu hanyalah sebagian kecil dari kekritisan manusia terhadap peristiwa kejatuhan.
Jika kita simak baik-baik, sebenarnya larangan makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat adalah ekspresi kasih Tuhan (Kej 2:15-17). Sebab larangan itu diberikan sebagai bagian tanggung jawab hidup manusia di dalam Taman Tuhan di Eden. Tuhan mempercayakan manusia bukan hanya secara umum yaitu menguasai seluruh ciptaan dan beranak cucu. Tuhan juga memberi kepercayaan dengan spesifik. Adanya larangan tsb sebenarnya menguji 2 hal:
- kasih manusia kepada Tuhan
- kehendak bebas manusia untuk mengasihi Tuhan lewat ketaatan absolut.
Ketulusan kasih manusia kepada Tuhan Allah hanya bisa teruji jika ada batasan. Kehendak bebas manusia untuk mengasihi Tuhan baru benar-benar bebas & teruji jika ada elemen yang membatasinya. Misal: seorang anak diberi kebebasan oleh orang tuanya untuk mengambil semua permen di Candy Empire. Anak itu bebas untuk eksplorasi seluruh toko tsb. Tetapi apakah ia praktekan kebebasan itu demi menghormati orang tuanya yang memberi kebebasan, kita tidak akan tahu. Kecuali ada elemen batasan diberikan, baru kita mengerti anak kita lebih hormat ke orang tua yang beri kebebasan atau lebih menghargai kebebasan itu sendiri.
Jadi sekali lagi larangan dari Tuhan adalah ekspresi kasih Tuhan yang realistis. Disamping itu larangan diberikan juga untuk mendemonstrasikan bahwa Pencipta dan yang dicipta memiliki perbedaan. (Pdt Budianto Lim)