Mengapa Perjamuan Kudus GPBB, Singapura Menjadi Setiap Bulan Sekali di Minggu Pertama? (Seri 2)
by GPBB · Published · Updated
Seberapa sering kita perlu mengadakan Sakramen Perjamuan Kudus?
- Setiap hari Minggu atau sesering mungkin. (1 Kor 11:26; Kisah 20:7).
Bagi gereja perdana, Sakramen Perjamuan Kudus (SPK) diadakan setiap minggu. Mengapa? Karena hari pertama tiap minggu yaitu hari Minggu bermakna “penciptaan baru” (2 Kor 5:17). Peristiwa kebangkitan yang terjadi pada hari Minggu itu mensahkan dunia baru, sehingga disebut sebagai Paskah Mingguan, sebagai dasar dari perayaan Paskah Tahunan, yaitu untuk memperinga-ti kebangkitan Kristus. Maka, hari Minggu harus dihormati dan dikudus-kan, sehingga kelalaian atau sengaja tidak memenuhi misa/perjamuan Kudus hari Minggu dianggap dosa besar.
Sumber yang lebih banyak justru ditemukan dalam Didakhe 14 (± 90-150AD) dan Justinus Martir (± 150/155AD) dalam Apologia I, 67, mengenai hari Minggu. Isinya antara lain berbunyi: Hari Tuhan ditetapkan untuk perjamuan malam Tuhan. Sejak semula, hari Minggu adalah hari mengenang kebangkitan Tuhan Yesus dan telah dihubungkan dengan Perjamuan Kudus. https://gkipi.org/perjamuan-kudus-pada-ibadah-minggu/
Martin Luther mengadakan reformasi bukan hanya dalam embel-embel (patung-patung, gambar orang kudus), tetapi juga menekankan bahwa setiap kali umat berkumpul harus ada pemberitaan firman (homili), doa, dan Perjamuan Kudus. Jadi, ia mengatakan Perjamuan Kudus menjadi sia-sia tanpa pemberitaan firman, dan sebaliknya. Sangat jelas bahwa setiap ibadah Minggu tetap perlu diadakan SPK.
Lebih tegas diungkapkan oleh John Calvin, yang liturginya disebut Liturgi Strasbourg (diambil dari Martin Bucer), bahwa SPK dirayakan seminggu sekali di gereja pusat dan sebulan sekali di jemaat-jemaat lain. Berbeda penekanan dengan Luther, menurut Calvin, dalam pertemuan jemaat ada tiga penekanan: Pemberitaan Firman, doa-doa bersama (termasuk nyanyian) dan pelayanan sakramen-sakramen (Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus). Jika hanya ada pemberitaan firman, maka baru merupakan setengah ibadah atau ante-communio (ibadah sebelum Perjamuan Kudus).
Dalam bukunya yang berjudul Institutio (tulisan Calvin yang telah diterjemahkan oleh BPK Gunung Mulia, Jakarta), Johanes Calvin menyatakan: “Supaya Perjamuan Kudus dilayankan dengan cara yang paling khidmat, hendaknya sesering mungkin diadakan SPK kepada jemaat, sekurang-kurangnya satu kali seminggu” (Calvin, 1980, 250).
Dengan demikian dalam pandangan John Calvin setiap hari Minggu dilaksanakan Sakramen Perjamuan Kudus.
Pandangan John Calvin didasarkan pada Kisah Para Rasul 2:41-47 mengenai cara hidup jemaat perdana. Ibadah gereja perdana ini terdiri dari baptisan, pengajaran, persekutuan, pemecahan roti, dan doa baik di Bait Allah di Yerusalem, di rumah-rumah ibadah di luar Yerusalem, ataupun di rumah-rumah tangga.
Namun, di Jenewa pada zaman itu diadakan kebaktian beberapa kali per minggu. John Calvin menentukan hanya setiap hari Minggu. Namun Dewan Kota Jenewa keberatan, sehingga SPK tidak dilayankan lebih dari sebulan sekali (Calvin 1980, 250).
https://yohanesbm.com/makna-sensura-morum-dalam-persiapan-sakramen-perjamuan-kudus-4/
(bersambung minggu depan)