MENGHARGAI SESAMA
by GPBB ·
MENGHARGAI SESAMA
Suatu hari seorang pemuda yang sangat cerdas melamar ke satu perusahaan besar untuk posisi manajer. Setelah lulus interview pertama, direktur perusahaan tersebut melakukan interview terakhir. ”Anda adalah seorang yang sangat pintar dan memiliki nilai akademik yang sangat baik sejak SMP hingga Strata 2, apakah Anda mendapatkan beasiswa?” tanya sang direktur. “Tidak”, jawab si pemuda. Ayah saya telah meninggal sejak saya berumur 1 tahun, jadi ibu sayalah yang membiayai sekolah dengan bekerja sebagai tukang cuci pakaian”, lanjut pemuda itu dengan wajah sedikit sedih. Lalu direktur meminta pemuda tersebut menunjukkan telapak tangannya dan terlihat sangat halus dan lembut. Direktur menanyakan kembali apakah pemuda itu pernah membantu ibunya. Si pemuda menjawab bahwa ibunya hanya meminta dia untuk belajar dan juga ibunya mencuci jauh lebih cepat daripadanya. Kemudian, direktur tersebut meminta pemuda itu untuk pulang dan pergi membersihkan tangan ibunya dan kembali keesokan harinya.
Setibanya di rumah, pemuda itu meminta ibunya agar bersedia dibersihkan tangannya, dengan perasaan aneh, sang ibu membiarkan tangannya dibersihkan oleh anaknya. Ketika pemuda tersebut membersihkan tangan ibunya, dia sangat terkejut melihat tangan ibunya yang mengkerut, tidak halus serta banyak luka yang menimbulkan rasa sakit ketika dibersihkan. Si pemuda meneteskan air mata ketika tersadar bahwa sepasang tangan inilah yang bekerja sebagai tukang cuci baju untuk membiayai sekolahnya. Setelah membersihkan tangan ibunya, diam-diam dia mencuci semua sisa pakaian yang belum dicuci oleh ibunya. Esoknya, dia menemui direktur tersebut dan menjelaskan pelajaran yang diperoleh dari membersihkan tangan ibunya. Si pemuda berkata:
- Sekarang saya tahu apa artinya sebuah penghargaan. Tanpa ibu saya, saya tidak akan memperoleh keberhasilan tersebut.
- Saya menyadari bahwa betapa sulit dan penuh perjuangan untuk mendapatkan sesuatu tanpa kerjasama yang baik
- Saya harus menghargai pentingnya nilai sebuah kekeluargaan.
Pemuda tersebut akhirnya diterima sebagai manajer pada perusahaan tersebut.
Seorang anak yang selalu dilindungi dan selalu diberikan apa yang diminta akan membentuk dirinya sebagai “Entitlement Mentality” dan akan menempatkan dirinya sebagai yang pertama. Di kemudian hari, dia akan meminta semua orang untuk mendengarkannya dan tidak mau tahu akan penderitaan orang lain dan selalu menyalahkan orang lain. Sebagai orang tua, kita boleh menyediakan anak-anak untuk tinggal di rumah yang besar, belajar musik, menikmati makanan enak, memiliki Smart Phone dan TV layar lebar dsb. Akan tetapi, mereka juga harus membersihkan kamar tidurnya, memelihara dan membersihkan rumah, mencuci peralatan makan seusai makan dsb. Hal ini bukan berarti kita tidak memiliki uang untuk menggaji pembantu tapi kita ingin mereka mengetahui dan merasakan akan kehidupan tersebut. Hal yang terpenting adalah mereka belajar menghargai upaya orang lain dan mengalami kesusahan serta belajar bekerja sama untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Tuhan Memberkati. (J.Th-RP)