Merdeka
by GPBB ·
Merdeka
Sudah lebih dari 8 bulan sejak Singapura mencatat kasus pertama Covid-19 pada tanggal 23 Januari yang lalu. Banyak hal yang telah terjadi setelah itu dan kita patut bersyukur bahwa situasinya masih terkendali sampai saat ini.
Tidak ada kematian karena Covid-19 sejak tanggal 14 Juli. Tidak ada pasien di ICU sejak tanggal 5 Agustus.
Jumlah kasus di komunitas tetap berada di level satu digit sejak pembukaan fase 2 lebih dari 3 bulan yang lalu, bahkan rata-ratanya mencapai 1 kasus/hari saja selama 3 minggu terakhir. Kasus di asrama pekerja migran mencatat level terendahnya minggu ini sejak sebelum circuit breaker dengan 11 kasus/hari.
Pada tanggal 1 Oktober, jumlah kasus impor baru (15) melebihi kasus lokal (4) untuk pertama kalinya sejak tanggal 29 Maret; jumlah kasus lokal baru (4) mencapai level terendahnya sejak tanggal 22 Maret; dan jumlah kasus aktif (245) mencapai level terendahnya sejak tanggal 19 Maret.
Bagi sebagian banyak orang, kehidupan di Singapura boleh dibilang sudah kembali ke ‘normal’, dengan pengecualian pekerja migran yang tinggal di asrama dan masih dibatasi mobilitasnya, dan dengan harapan mereka pun bisa kembali menikmati pelonggaran mobilitas sosial segera.
Namun hal itu tidak berarti bahwa ‘kebebasan’ yang kita miliki saat ini dapat kita gunakan dengan seenaknya. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus mengingatkan bahwa, benar umat Kristen sudah merdeka dari perbudakan dosa, namun “janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” (Gal 5:13)
Serupa dengan itu, benar bahwa sekarang kita sudah ‘merdeka’ dan dapat melakukan berbagai aktivitas seperti sebelumnya, namun janganlah kita mempergunakan ‘kemerdekaan’ ini sebagai kesempatan untuk melakukan hal yang berpotensi memperparah wabah ini, namun marilah kita menggunakannya dengan bertanggung jawab dan menunjukkan solidaritas sosial kita. Mari terus menjaga dan melindungi satu sama lain. (SH)