PELAJARAN DARI SEORANG PETANI
Seorang anak muda lulusan sebuah universitas jurusan jurnalistik mendapatkan pekerjaan di sebuah perusaan surat kabar kota kecil. Salah satu tugas pertamanya adalah mewawancarai seorang petani tua terkenal yang tinggal 20 mil ke luar kota. Saat petani itu sedang duduk, wartawan muda itu mengambil catatannya dan mulai mengajukan pertanyaan. Salah satu pertanyaannya adalah: “Jam berapa anda pergi bekerja setiap hari?”
Petani tua itu tergelak dan menjawab: “Nak, saya tidak pergi bekerja. Saya tinggal di tengah-tengah pekerjaan!” (John C Maxwell, Success, 2005:12)
Kita dapat menarik pelajaran dari petani tua itu. Kesempatan demi kesempatan mirip dengan pekerjaannya. Kesempatan ada dimana-mana. Tetapi persoalannya adalah kita sering tidak mengarahkan mata untuk melihat mereka.
Ketika Anda melewati setiap hari, lihatlah sekeliling Anda. Waspadalah. Jika Anda tidak melihat kesempatan, ingatlah itu bukan karena mereka tidak ada di sana. Anda selalu berada di tangah-tengah mereka. Anda hanya perlu membuka mata dan melihat mereka. Sesederhana itu. Kemudian bertindak mengambil kesempatan yang ada.
Prinsip di atas sama persis dengan prinsip pemberitaan Injil. Pertanyaannya bukan kapan kita harus memberitakan Injil. Sebab hidup kita berada ditengah-tengah pemberitaan Injil. Kita, orang Kristen hidup setiap hari ditengah-tengah kesempatan memberitakan Injil. Hanya masalahnya kita tidak melihat kesempatan itu. Kita tidak memakai kesempatan itu dan sebagai orang Kristen kita tidak mengarahkan mata kita untuk melihat orang-orang dan kesempatan di sekitar kita. Terlalu banyak kita mengabaikan kesempatan setiap hari untuk sharing Injil melalui kehidupan kita.
Rasul Paulus berkata, “Pemberitaan Injil adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1 Korintus 9:16) Bagi rasul yang dulunya bernama Saulus ini, setiap hari tinggal di dalam kesempatan dan selalu berada di sekitar orang-orang yang belum percaya Kristus, maka celaka kita jika kita tidak melihat dan memakai kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Masakan sekian puluh tahun menjadi orang Kristen tidak ada satu orangpun yang tertarik kepada Yesus melalui kehidupan kita. Benar-benar celakalah kita karena itu sama artinya kekristenan kita tidak menarik bagi mereka.
Stella Stuart mengatakan: “Di belakangku ada kekuatan tak terbatas; di depanku ada kemungkinan tak berakhir; Di sekelilingku ada kesempatan tak terhitung; mengapa aku harus takut.” Di sekelilingku ada kesempatan sharing Injil, mengapa aku tidak gunakan itu? Selamat bermisi, selamat memakai kesempatan yang terabaikan selama ini. (J.Th)