PENGUASAAN DIRI
“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.”
(Amsal 18:21)
Sesampai di konter check in Bandara Ahmad Yani, Semarang dalam perjalanan pulang ke Jakarta, saya sudah dibuat jengkel. “Mohon maaf, karena alasan operasional maka pesawat delayedsatu jam.” Begitu bunyi pengumuman. Bah, jengkel pula aku dibuatnya. Dalam hati saya berkata, “Kenapa sih selalu delayed, rasanya kalo ngak delayed ngak mantap ya? Kita selalu dirugikan,kita diminta datang 2 jam sebelumnya. Telat 15 menit saja sudah ditinggal, tetapi maskapai sering banget dengan enteng bilang delayed tanpa pernah mau tahu kalo delayed 1 jam ituberarti urusan kita yang lainnya juga harus delayed 1 jam!” Jadwal sebenarnya 16.45, delayed 1 jam berarti menjadi 17.45. Tetapi apa yang terjadi? Pesawat baru diberangkatkan jam 20.45. Terlambat 4 jam dari jadwal semula. Sebagian besar penumpang berteriak-teriak marah, menggebrak meja, memukul kaca, menendang meja dan ucapan caci maki bertebaran. Serombongan penumpang tujuan Pekanbaru transit di Jakarta marah-marah karena pesawat Jakarta-Pekanbaru pkl. 19.20 pasti tidak bisa menunggu dan tidak mau tahu. Seorang penumpang asing tujuan Jakarta-Tokyo juga mengalami hal yang sama. Hampir terjadi pengrusakan di ruang tunggu itu. Terlambat 1 jam sudah biasa di Indonesia, tetapi terlambat 4 jam sungguh amat tidak menghargai hak penumpang. Berbagai alasan klasik diungkapkan, mulai dari cuaca, tidak ada awak pesawat (ini alasan aneh bin ajaib) sampai masalah pesawat presiden SBY mau mendarat sehingga seluruh bandara harus steril dan karenanya penerbangan ditunda. Semakin aneh alasannya semakin menaikkan pitam penumpang.
Bisa dimengerti jika-hampir saja- saya ikut marah-marah mengikuti penumpang lain (ceritanya solidaritas gitu lho). Tiba-tiba, saya mengingat ayat Amsal tersebut. Puji Tuhan, karena Amsal itulah kejengkelan saya tidak berubah menjadi amarah. Manusiawi sekali jika saya jengkel tetapi rasanya tidak manusiawi jika saya meluapkan marah kepada petugas di konter yang tidak tahu menahu soal kebijakan delayed. Urusan jadwal penerbangan bukan urusan petugas di konter, kasian juga mereka dicaci maki. Lagi pula, rasanya mana pantas, seorang pendeta gebrak meja, tendang meja, ngomel-ngomel, tuding-tuding dll. Saya memang jengkel tetapi tetap menguasai diri, tidak teriak-teriak dan tidak berkata kasar. Saya bersyukur diselamatkan oleh Amsal 18:21. Puji Syukur, menghafal banyak FT meraih banyak manfaat.
Hidup dan mati kita memang dikuasai oleh lidah. Ada banyak manusia yang memiliki banyak kawan karena lidahnya halus dan tutur katanya lembut. Mereka bisa jengkel dan kecewa tetapi tetap dapat menguasai lidahnya. Sebaliknya, ada banyak pembunuhan baik pembunuhan fisik, pembunuhan karakter, pembunuhan jiwa karena tutur kata.
Pengalaman saya di bandara Ahmad Yani, Semarang, menjadi pelajaran yang amat berharga buat saya pribadi. Saya semakin sadar bahwa lidah sayalah yang menentukan hidup dan mati saya. Jika saya lebih sering memakai lidah saya untuk memuji Tuhan atau untuk hal-hal positif maka saya akan memakan buah yang manis, indah dan menyegarkan. Tetapi, jika saya lebih sering memakai lidah saya untuk mengungkapkan kemarahan saya, caci maki, gossip, dan seribu satu macam perkara negatif maka saya akan memakan buah yang asam, pahit dan busuk. Banyak manusia diberkati hidupnya karena lidahnya, tetapi tidak sedikit pula manusia yang dikutuk karena lidahnya.
Simpan baik-baik Amsal 18:21 agar hidup kita semakin bijaksana dan diberkati.
(Joseph Theo)