Perjamuan Kudus: Tiap Minggu, Tiap Bulan, Tiap Kuartal?
Q: Mengapa GPBB melakukan Sakramen Perjamuan Kudus setahun 4x (Januari, Jumat Agung, Juli dan Oktober), sedangkan seluruh gereja Presbyterian di Singapura (kecuali Covenant Presbyterian di Little India, seminggu sekali) melakukannya 1 bulan 1x?
A: Karena GPBB masih mengadopsi tradisi Reformasi abad 16 berdasarkan pemikiran Zwingli, salah satu tokoh di Zurich (Swiss). Ia ingin gereja Protestan melepaskan diri secara radikal terhadap praktek dalam gereja diabad sebelumnya (yang sekarang kita kenal sebagai Gereja Roma Katolik). Menurut Zwingli, perjamuan kudus hanya sebuah peringatan simbolis untuk mengingat kematian Yesus. Tidak lebih dari itu. Paham Zwingli inilah yang mendominasi Gereja reformasi di Belanda yang menjajah Indonesia lebih dari 350 tahun. Meski gereja-gereja di Indonesia.
Sementara itu, Presbyterian di Singapura sangat dipengaruhi oleh pengajaran John Knox di Skotlandia, yang diinspirasi oleh John Calvin, salah satu tokoh Reformasi di Geneva (Swiss). Ia memandang sentralitas Perjamuan Kudus bukan sekedar peringatan simbolis, tetapi sebagai momen perjumpaan dengan Yesus Kristus yang hadir melalui Rohul Kudus sebagai Pemimpin pada Meja Perjamuan. Calvin ingin lakukan Perjamuan Kudus seminggu sekali, namun tidak disetujui dan jalan tengah ditempuh yaitu sebulan 1x.
Pertanyaan bagi kita bukanlah siapa yang lebih benar dan siapa yang salah. Pertanyaan yang lebih tepat adalah mengapa bisa terjadi penghayatan yang berbeda antara tokoh reformasi di negara yang sama, yang kemudian berpengaruh sampai sekarang?
Perbedaan tsb berakar pada perspektif kita mengenai makna perjamuan malam yang di institusikan oleh Tuhan Yesus sebelum Ia ditangkap. Ada 2 perspektif:
- Perjamuan malam itu identik dengan Paskah Yahudi (Mk 14:17, Mat 26:20, 1 Kor 11:23, Yoh 13:30). Paskah Yahudi (Passover) diperintahkan oleh Allah dalam kitab Keluaran untuk mengingat karya keselamatan. Memang signifikan berkisar pada peringatan simbolis seperti yang dihayati oleh Zwingli.
- Perjamuan malam itu adalah perjamuan reguler atau normal sehari2 yang sudah mendarah daging. Namun perjamuan Yesus dengan para murid tsb adalah perjamuan terakhir semalam sebelum festival Paskah Yahudi (Mk 14:1-2, Mk 15:42 penyaliban terjadi waktu persiapan paskah Yahudi).
Tuhan Yesus institusikan Perjamuan Kudus sehari sebelum Paskah Yahudi, dengan maksud menjaga kontinuitas dengan Perjanjian Lama, dan pada saat yang sama menampilkan makna yang melampaui peringatan simbolisme. Melalui Perjamuan Kudus, kehadiran Yesus Kristus melalui Roh Kudus mendapat sorotan yang lebih tajam. Tujuannya agar umat berjumpa dengan Yesus Kristus dan diperbaharui. Jika demikian, bukankah perjamuan dengan frekuensi lebih sering membuka kesempatan tsb? Renungkanlah!
(Pdt Budianto Lim)