Pertanyaan Tentang Spiritualitas di Matius 7:21-23
by Albertus HA · Published · Updated
Pertanyaan:
Matius 7:21-23 TB Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Yang saya mau tanyakan:
1. Untuk saat ini, apakah ayat ini hanya ditujukan untuk guru-guru palsu saja (Mat 7:15) atau juga berlaku untuk "orang2 Kristen" (di ayat nya ada dibilang berseru "Tuhan.. Tuhan") yang *bukan* guru-guru palsu?
2. Kalau memang berlaku untuk "orang2 Kristen" yang bukan guru palsu, Kalau iya, kenapa Tuhan Yesus mengatakan "Aku tidak pernah mengenal kamu" padahal keselamatan untuk seorang Kristen adalah untuk selama2nya tapi ini malah tidak dikenal?
3. di perkataan "melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga", apakah yang Tuhan Yesus maksud dengan kehendak itu? Kalau perbuatan baik, bukankan tidak ada yang benar-benar bisa konsisten melakukan perbuatan baik dan keselamatan diperoleh karena kasih karunia / unmerited grace (Eph 2:8-10) ?
Jawaban:
Terima kasih untuk pertanyaan tentang Matius 7:21-23 TB. Di bawah ini saya berikan jawaban dan diskusi atas beberapa poin yang ditanyakan:
- Dalam konteks pembaca pertama, yaitu pendengar langsung dan penerima naskah pertama pada waktu itu (dalam hal ini orang Kristen Yahudi mula-mula), peringatan dalam Matius 7:15 jelas ditujukan terhadap ‘nabi-nabi palsu’. Dalam kalimat-Nya sendiri Tuhan Yesus menyebutkan mereka: “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu …” (ay.15). Dalam konteks dekat pada waktu itu, sangat mungkin yang Tuhan Yesus maksudkan sebagai ‘nabi-nabi palsu’ itu ialah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Hal ini terlihat karena Tuhan Yesus mencela kehidupan mereka yang munafik (serigala yang menyamar seperti domba [ay.15b]). Itu sebabnya Tuhan Yesus meminta murid-murid-Nya untuk waspada terhadap mereka dan memperhatikan ‘buah’ dari kehidupan iman mereka, (ay.16-20) maksudnya ialah kesaksian hidup yang terlihat dari luar (buah kehidupan yang dapat dirasakan oleh sesama sebagai wujud spiritualitas yang sejati).
Tetapi, dalam konteks pembacaan yang lebih jauh, yaitu dalam pembacaan yang dilakukan oleh komunitas orang beriman (dalam hal ini Kristen yang lebih luas, sampai kepada kita sekarang ini), peringatan dalam ayat ini jelas tidak hanya berlaku bagi nabi-nabi palsu, tetapi bagi setiap orang yang mengaku dirinya Kristen, termasuk kita. Pada bagian ini, Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa jangan berpikir bahwa jika kita ‘bernubuat demi nama Tuhan, mengusir setan demi nama Tuhan, mengadakan mukjizat demi nama Tuhan,’ tetapi hidup Kristennya semaunya, menganggap remeh dosa dan tidak memiliki kesaksian hidup yang sejati, lantas kita akan begitu saja diterima oleh Allah. NO! Tuhan Yesus katakan seorang Kristen sejati dikenali bukan dari ‘aktifitas pelayanannya’ (bernubuat. mengusir setan, melakukan mukjizat, dsb), bukan dari hidup rohaninya yang seolah-olah ‘So Wow!’. Sebaliknya, kesejatian spiritualitas seorang Kristen terlihat dari buahnya. Apakah ada kasih Allah, sukacita sorgawi, damai sejahtera yang melimpah, kemurahan, kebaikan, dst. Dengan kata lain, bukan sekedar kelihatan rohani, tetapi memang orang dapat merasakan kehidupan rohani yang asli dari dirinya. Itu Kristen yang diubahkan oleh Tuhan.
- Benar keselamatan yang Tuhan berikan adalah bersifat kekal (Yohanes 10:27-30). Sekali kita diselamatkan oleh Tuhan, maka selamanya kita milik Tuhan. Tapi dari mana Anda tahu Anda sudah diselamatkan? Tuhan Yesus mengatakan, “dari buahnya kamu akan mengenal mereka” (Mat.7:16a,20). Apakah itu berarti kita diselamatkan karena kita melakukan perbuatan baik lebih dulu? Tidak! Keselamatan adalah selalu bersifat anugerah dari Tuhan. Tetapi keselamatan atau pengakuan iman percaya itu bukan pepesan kosong yang keluar dari mulut seseorang tanpa ada perjuangan perubahan hidup dalam kehidupannya. Dalam konteks jemaat mula-mula, seringkali pengakuan iman percaya itu harus dibayar mahal dengan nyawa mereka, dengan darah mereka sendiri. Lihat saja teladan para martir Kristen abad pertama. Mereka rela mati demi imannya. Jadi dalam konteks ayat ini, Tuhan Yesus menegur baik guru-guru palsu, dan juga kita yang mengaku Kristen tetapi tidak memiliki kerinduan untuk bertumbuh dan berkomitmen di dalam Tuhan, hati-hati dengan keyakinan kita. Jangan-jangan, Allah sebenarnya tidak mengenal kita! Jangan-jangan, pertobatan kita hanya sejauh pepesan kosong di bibir, tanpa adanya bayar harga dalam perubahan kehidupan. Tuhan Yesus mengatakan: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Lukas 9:23).
- Saya sudah menyinggung hal ini dalam poin-poin di atas. Benar keselamatan adalah anugerah dari Tuhan. Iman Kristen mengakui Sola Fide dan Sola Gratia. Kita diselamatkan oleh Tuhan semata-mata karena kasih karunia oleh iman kepada karya Kristus di atas kayu salib yang membenarkan kita, dari orang yang terhukum menjadi orang yang didamaikan dengan Allah. Lalu mengapa Yesus mengatakan bahwa hanya “dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga?Jika kita memperhatikan ulasan di poin nomor 1, kita akan melihat bahwa tampaknya pada waktu itu, banyak orang merasa Allah mengenal mereka dan karenanya mereka berpikir bahwa mereka pasti akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, padahal kehidupan mereka penuh kemunafikan dan spiritualitas mereka seperti pepesan kosong, tanpa kemurnian (seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang ditegur oleh Tuhan Yesus). Yesus menghardik orang-orang seperti ini! Orang-orang yang demikian tidak merasa ‘miskin dihadapan Allah.’ Mereka merasa benar karena ‘sudah melakukan berbagai perbuatan baik seperti bernubuat, mengusir setan, melakukan mukjizat, dsb.’ Tetapi mereka tidak melakukan kehendak Bapa. Apa itu kehendak Bapa? Jika kita meletakkan ayat ini dalam bingkai konteks Kotbah di Bukit (Matius 5-7), maka menjadi jelas bahwa yang Yesus maksud sebagai kehendak Bapa ialah melakukan nilai-nilai Kerajaan-Nya (yang tertuang dalam Ucapan Bahagia). Ini semata-mata bukan sekedar perbuatan baik. Nilai-nilai ini ialah nilai-nilai Kerajaan Sorga yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang pertama-tama mengaku dirinya “miskin di hadapan Allah” (Mat.5:3). Dengan kata lain, ia bersandar pada kasih karunia dan kemurahan Allah semata, bukan pada perbuatan baik atau kemampuan dirinya.
Baru kemudian ia menghidupi pengampunan dan kemurahan Allah itu dengan satu kehidupan yang dikuduskan, satu kehidupan seturut nilai-nilai Kerajaan-Nya (Mat.5:4-12). Dengan demikian, ia melakukan kehendak Allah bukan supaya ia diselamatkan, tetapi karena ia telah diselamatkan oleh kemurahan dan anugerah Allah. Ini yang Paulus maksudkan dalam Efesus 2:8-9, diselamatkan semata-mata oleh kasih karunia. Tetapi ingat, Paulus tidak berhenti dalam ayat 9, ia melanjutkan dalam ayat 10. Terjemahan bahasa Indonesia mengungkapkan dengan indah sekali: “Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Hidup di dalam apa? Hidup di dalam pekerjaan baik yang sudah dimulai oleh Kristus dalam karya keselamatan-Nya; hidup di dalam kehendak Bapa!
Dalam kalimat sistematika teologi, jika kita memperhatikan ordo salutis, justification selalu tidak dapat dilepaskan dari sanctification. Keduanya seperti dua sisi mata uang logam. Justification ialah sepenuhnya anugerah Allah untuk kita; tetapi sanctification ialah sepenuhnya karya bersama antara Allah Roh Kudus dengan orang percaya. Tanpa buah Roh yang nyata dalam sanctification, amat sulit untuk memastikan bahwa seseorang sudah mengalami justification. Itu sebabnya kita harus mencamkan kalimat Tuhan Yesus baik-baik: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Mat.7:21).
Kiranya jawaban ini memberikan pencerahan dan menguatkan Anda untuk terus melakukan kehendak Bapa dalam proses pengudusan oleh Allah Roh Kudus. Tuhan memberkati! (YJ)
image dari id.kingdomsalvation.org