Profil Pendeta Joseph Theo

Seperti dikutip dari Beranda edisi 6, bulan Juli 2014

 

BERANDA (BER) : Bagaimana ceritanya Pak Theo menerima panggilan menjadi Pendeta? Sejak kapan?
PDT . JOSEPH THEO (JTE) : Suatu saat ketika saya SMP kelas 3, seorang teman mengundang saya untuk nonton film rohani di gerejanya. Judul film itu adalah “If I Perish”, kisah tentang penjajahan Jepang di Korea. Saya catat tanggal itu adalah 10 Juli 1977. Tuhan Yesus memakai film itu untuk menyelamatkan saya. Sejak saat itulah saya bertekad menjadi orang Kristen yang setia.
• Natal, 24-25 Desember 1977 di gereja yang sama, GKI Kanaan, diadakan Kebaktian Kebangunan Rohani Natal. Pada penutupan kotbahnya, Pdt. Caleb Tong memanggil setiap orang yang tergerak untuk menyerahkan totalitas hidupnya dan waktunya untuk menjadi hamba Tuhan penuh waktu. Pada kesempatan terakhir, saya berdiri dan menjawab tantangan itu. Bagi saya dengan menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan penuh waktu, saya telah membuktikan kepada Tuhan bahwa saya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap akal budi, dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan (Matius 22:37). Tekad ini terus saya pelihara. Selepas lulus SMA saya melanjutkan studi theologi ke Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, Jawa Timur dan lulus pada tahun 1988.

BER: Apa saja pelayanan Pak Theo di Jakarta sejauh ini?
JTE: • Di Jakarta pelayanan saya beraneka bidang; mulai dari kegiatan gereja, sosial kemasyakatan, sampai pelayanan organisasi dan Yayasan. Pelayanan penuh waktu saya berada di GKI Jatinegara, Jakarta Timur.
* Di sosial kemasyarakatan bersama GKI Jatinegara membangun sekolah gratis SMP Kristen Setia Bakti di desa Empaong, Bodok, Sanggau, Kalimantan Barat (+/- 5 jam perjalanan dari Pontianak). Sekolah ini bertujuan untk menciptakan sarjana putra-putri daerah yang akan kembali membangun daerahnya. Beasiswa diberikan sampai tingkat perguruan tinggi.
• Di organisasi dan yayasan, saya menjadi anggota Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Krida Wacana (UKRIDA) dibawah komando Bp. Oki Widjaja.
• Bersama 2 rekan mendirikan Yayasan EFOD, sebuah yayasan yang bergerak di pendidikan dan pembinaan rohani bagi kaum remaja di pedalaman dan pedesaan Indonesia. Setiap tahun mengunjungi SMP-SMP di pedalaman Indonesia khususnya Kalimantan Barat, mengadakan retreat, pembinaan, seminar dll. Visi yayasan ini adalah memenangkan sebanyak mungkin generasi muda Kristen dari kehancuran pergaulan bebas dan membimbing mereka untuk menjadi pemimpin masa depan.

BER: Memegang leadership pelayanan seperti apa?
JTE: Dalam pelayanan, leadership diperlukan untuk mengarahkan dan mempersatukan semua unsur yang ada dalam jemaat. Leadership bisa muncul dalam diri seseorang ketika ia belajar untuk rendah hati, terbuka terhadap masukan dan kritikan, bersedia mengubah diri tanpa harus menjadi kompromi dan menjadi teladan dalam kata dan perbuatan.

BER: Pengalaman spiritual yang paling menarik:
JTE: Wah… pertanyaan menarik. Tentu banyak pengalaman suka dan duka, menarik dan tidak menarik dalam pelayanan. Salah satu yang menarik adalah ketika diusir oleh salah satu keluarga ketika ingin membantu mendamaikan pertikaian yang terjadi di antara mereka. Ketika berhasil mendamaikan, membangun atau membawa kembali seseorang ke jalan yang benar, itulah kesukacitaannya. Tetapi, ketika gagal menyadarkan kembali seseorang ke jalan yang benar, itulah kegagalan saya. Tetapi, justru kegagalan itulah yang paling menarik, karena kegagalan itu memacu saya lebih serius dan lebih sungguh berdoa dan berdoa.

BER: Apa harapan Pak Theo utk GPBB?
JTE: GPBB adalah gereja yang potensial. Didalamnya banyak potensi luar biasa yang belum muncul untuk kemajuan gereja. Sebaliknya, potensi yang muncul belum bergerak ke arah titik yang sama. Mereka bergerak ke arah masing-masing, hilir mudik dalam lalu lintas potensi yang tinggi dan padat, tetapi belum mengerucut ke titik bersama GPBB. Adalah menjadi tugas dan doa kita bersama agar menggali setiap potensi jemaat dan potensi yang sudah tergali, yang sudah bergerak, diarahkan ke satu fokus bersama bagi kemajuan GPBB. Jika semua potensi tergali dan bergerak ke arah yang sama demi kepentingan bersama maka bukan tidak mungkin, GPBB akan mengalami sebuah kemajuan pesat luar biasa dalam kualitas dan kuantitas.

BER: Pak Theo ingin dikenal sebagai hamba Tuhan yang seperti apa?
JTE: Saya ingin dikenal sebagai hamba Tuhan yang tidak dikenal, yang biasa-biasa saja, yang sederhana. Dalam biasa dan sederhana itu saya ingin berbuat banyak dan berarti bagi setiap jemaat. Bagi saya hamba Tuhan tidak melulu harus dilihat sebagai pemimpin. Dia bisa dilihat sebagai sahabat, teman, bagi siapa saja lintas usia, lintas gender, lintas pendidikan dan lintas suku. Semoga keberadaan saya bisa berdampak banyak buat pertumbuhan rohani dan kemajuan GPBB.