“Pujilah Tuhan, Sang Penebus!
Bacaan : Keluaran 15:1-21
Pengkotbah: Pdt. Joseph Theo
Ayat kunci dari bacaan ini terdapat pada ayat 1 dan 21. Dalam ayat-ayat tersebut, dapat kita
lihat bahwa pemujaan bangsa Israel berfokus pada “Tinggi Luhur” Allah yang sudah
menyelamatkan mereka dari penjajahan bangsa Mesir. Dari pengertian Tinggi Luhur
(Triumphed Gloriously) kita dapat belajar 2 konsep dasar tentang Tuhan, yakni:
1) Tuhan adalah Maha Tinggi. Tuhan tidak dapat dijangkau oleh manusia, oleh karena
itu Tuhan sendirilah yang membuka diri (melalui Natal) agar dapat dijangkau manusia.
Allah dapat menjadi manusia tetapi manusia tidak dapat menjadi Allah. Allah dapat
mengunjungin manusia tetapi manusia tidak dapat mengunjungi Allah.
2) Tuhan adalah Maha Luhur. Allah adalah sumber dari kemuliaan dan kehormatan
yang tertinggi. Manusia hanyalah menjadi pantulan (reflektor) dari kemuliaan Allah
tersebut.
Jadi, pujian yang benar kepada Allah ialah pujian yang berfokus kepada Ketinggian dan
Keluhuran Allah, bukan berfokus kepada manusia itu sendiri.
Pekerjaan kita di dunia sekuler juga bisa menjadi pujian bagi Allah apabila:
1) Kita sepenuh hati mencintai pekerjaan itu
2) Pekerjaan kita berkontribusi terhadap kemajuan umat manusia
3) Pekerjaan kita tidak mengeksploitasikan manusia sekedar menjadi alat
4) Pekerjaan yang kita pilih sudah kita gumulkan dan refleksikan
5) Pekerjaan kita tidak mengganggu hari Sabat
Filsafat materialisme yang sekarang sangat populer adalah pemikiran yang berfokus kepada
hal materiil yang dimiliki oleh manusia dan melupakan personality dan integrity manusia.
Sadar atau tidak, pemikiran seperti ini juga sudah masuk ke dalam gereja dan juga para
rohaniwan. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya rohaniwan ataupun lagu-lagu pujian yang
berfokus kepada apa yang populer diantara jemaat (anthropocentric) dan melupakan
ketinggian dan keluhuran Allah (Theocentric). Dengan kata lain, manusia hanya ingin kembali
ke taman Eden, menikmati segala berkat yang ada disana, namun manusia tidak ingin kembali
kepada Tuhan, sang Pemberi berkat tersebut.
Dua hal penting yang dapat kita pelajari dari perikop ini:
1) Ibadah dan pujian kita haruslah berfokus kepada ketinggian dan keluhuran Tuhan,
bukan kepada kenikmatan ataupun kepuasan manusia. Hal ini berlaku bagi ibadah kita
di dalam gereja maupun pekerjaan kita sehari-harinya.
2) Ibadah dan pujian kita haruslah berdasarkan dari rasa syukur kita akan berkat
keselamatan yang hanya dari Tuhan, bukan karena berkat materi yang diberikan Tuhan