Red Carpet Children
“Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?” tanya penulis surat Ibrani secara retoris (Ibr 12:7). Namun, saat ini, pertanyaan ini bukanlah pertanyaan retoris lagi, dimana muncul fenomena yang bernama red carpet children. Anak-anak yang bukan hanya tidak dihajar yang dibesarkan layaknya seorang selebritis. Semua sudah tersedia, ibarat artis yang berjalan di karpet merah.
“Waktu kecil, saya tidak pernah dibelikan mainan. Makanya ketika punya anak, kalau anak saya minta mainan pasti saya belikan. Saya tidak mau anak saya menderita seperti saya, yang hanya bisa iri liat mainan anak orang lain.” Kenangan masa kecil yang tidak bahagia kadang membuat orang tua tanpa sadar mendidik red carpet children. Apapun yang diminta pasti diberikan; segala kebutuhan anak dinomorsatukan. Kita berusaha melindungi anak dari segala hal yang tidak enak, padahal tanpa kita sadari, kita justru menjerumuskan anak kita sendiri. Anak kita menjadi tidak tahan banting, tidak tahu berterima kasih, merasa dirinya berhak untuk mendapatkan semua kemudahan. Alih-alih memberi yang terbaik kepada anak, kita justru menyengsarakan masa depan anak kita.
Mari kita belajar dari bagaimana Bapa di Surga mendidik anak-anak-Nya.. Ia memberi instruksi kepada anakNya apa yang boleh dan yang tidak boleh. Ia mendidik dan memperingati ketika anak-Nya bersalah (Ibr 12:5). Kadang, kita langsung menghukum anak tanpa mempertimbangkan, sudahkah anak kita menangkap instruksi kita dengan jelas? Jangan-jangan ia melanggar karena ia tidak tahu apa instruksinya.
Allah Bapa mengizinkan anak-Nya menanggung ganjaran dan kesusahan (12:6-7). Ketika anak kita bersalah, jangan ragu untuk membiarkan ia menanggung hukuman karena kesalahannya. Kadang kita berpikir, “Ah, masih kecil, namanya juga anak-anak”, lalu kita enggan memberi sanksi atas pelanggarannya. Padahal dengan begitu tanpa sadar kita mengirim pesan kepada anak-anak kita bahwa apa yang mereka lakukan itu oke-oke saja. Allah Bapa menghajar untuk kebaikan anak-Nya serta memberikan ganjaran/hukuman yang bermanfaat untuk melatih anak-Nya (12:10-11). Ketika memberikan hukuman kepada anak, pilihlah sanksi yang bermanfaat bagi kebaikan dan bersifat melatih anak. Misal, ketika anak menumpahkan air, alih-alih membentak atau memukul anak, lebih baik memberi sanksi dengan meminta anak untuk mengepel air yang tumpah.
Sebagai orang tua, marilah terus belajar dari Bapa di Surga. Ketika menghadapi masalah dengan anak-anak, datanglah dan mintalah hikmat kepadaNya yang tidak pernah kekurangan hikmat. Puji Tuhan! (NN)