S A B A T
by GPBB ·
S A B A T
Dalam dua versi Sepuluh Firman Allah di kitab Keluaran 20:1-17 dan Ulangan 5:1-22, ada perbedaan alasan mengenai mengapa bangsa Israel harus mengingat dan menguduskan hari Sabat, dimana pada hari itu mereka, anak mereka, hamba mereka, hewan mereka, dan orang asing yang tinggal di kediaman mereka, berhenti dari segala pekerjaan yang biasanya mereka lakukan enam hari lamanya.
Dalam versi pertama di kitab Keluaran, yang memiliki latar belakang ketika bangsa Israel tiba di padang gurun Sinai setelah keluar dari tanah Mesir, hari Sabat akan diingat dan dikuduskan “sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya.” (Kel 20:11)
Dalam versi kedua di kitab Ulangan, yang memiliki latar belakang ketika bangsa Israel berada di tanah Moab, seberang sungai Yordan, siap memasuki tanah Kanaan, hari Sabat akan diingat dan dikuduskan “sebab haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh Tuhan, Allahmu dengan tenang yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.” (Ul 5:15)
Di Keluaran, mengingat hari Sabat bagi sebuah bangsa yang baru saja memulai perjalanan dan pengenalan dengan Allah berarti menghormati dan meniru Allah yang “berhenti pada hari yang ketujuh” setelah Ia selesai menjadikan langit dan bumi; kecaplah dan lihatlah, ini Allahmu. Di Ulangan, menguduskan hari Sabat bagi sebuah bangsa yang akan menguasai satu wilayah tertentu berarti menghargai dan mengasihi sesama manusia yang rentan terhadap eksploitasi yang serupa dengan apa yang pernah bangsa Israel alami di tanah Mesir; agar mereka tidak mengulangi hal yang sama. Menjaga hari Sabat, didasarkan pada kasih kepada Allah dan sesama manusia.
Bagaimana kita memahami dan menghayati Sabat juga tergantung konteks hidup kita saat ini. Salah satu akibat dari pandemi ini adalah menurunnya kesehatan mental masyarakat karena berbagai pembatasan kegiatan sosial. Survei baru-baru ini di Singapura, misalnya, melaporkan bahwa 76% dari 1.000 responden survei ini merasa sedih atau depresi dan 65% merasa kesepian. Gunakan hari Sabat sebagai salah satu sarana memulihkan kesehatan mental kita. Exercise di tempat terbuka, pergi ke berbagai taman alam yang ada di Singapura dan nikmati seluruh ciptaan Allah. Dan, tentunya, kembalilah beribadah di gereja supaya kita bisa bersekutu bersama saudara/i kita. (SH)