Konflik
by GPBB ·
Konflik
Bagian akhir Kisah Para Rasul 15 menceritakan bagaimana Paulus dan Barnabas berpisah dalam pelayanan pekabaran Injil mereka (Kis 15:35-41). Setelah konsili para rasul di Yerusalem selesai, Paulus dan Barnabas sempat tinggal di Antiokhia untuk beberapa waktu, sebelum memutuskan bahwa sudah tiba saatnya bagi mereka untuk mengunjungi kembali jemaat-jemaat di tempat-tempat yang mereka pernah kunjungi sebelumnya. Barnabas ingin mengajak Yohanes Markus, namun Paulus menolak usulan Barnabas ini, dengan alasan Markus telah meninggalkan mereka di Pamfilia (Kis 13:13-14). Hal ini kemudian menimbulkan perselisihan yang tajam, dan pada akhirnya Paulus dan Barnabas pun berpisah. Barnabas dan Markus berlayar ke Siprus, sementara Paulus bersama Silas pergi mengelilingi Siria dan Kilikia.
Siapakah yang benar/salah dalam perselisihan mengenai Markus ini? Paulus atau Barnabas? Barnabas kemudian akan dikenang sebagai Bapa Gereja Siprus, dan menurut tradisi gerejawi akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di sana. Markus sendiri diyakini sebagai orang yang sama dengan Markus penulis Injil, walau ini tidak pasti. Jika benar, maka di kemudian hari ia akan pergi ke Aleksandria (Mesir) dan mendirikan gereja di sana. Karena itu Markus dikenang sebagai Bapa Gereja Koptik, dan dihormati sebagai orang yang mempelopori kekristenan di Afrika. Apakah dengan demikian Paulus ternyata keliru menilai Markus? Tidak mudah menjawabnya, dan mungkin pertanyaan ini memang salah kaprah. Apa yang terjadi saat itu adalah satu momen dalam kehidupan mereka masing-masing, dan walaupun tentunya menyakitkan, setiap dari mereka (Paulus, Barnabas, Silas dan Markus) ke depannya akan menjadi pemberita Injil yang setia dalam kapasitas mereka masing-masing.
Karena itu, perpisahan dalam hal ini tidak berarti yang satu benar dan yang lain pasti salah. Kisah antara Barnabas dengan Paulus ini mungkin menunjukkan bahwa ketegangan atau bahkan konflik dalam pelayanan dapat terjadi dari waktu ke waktu, dan karena itu yang menjadi kunci adalah bagaimana kita dapat menyikapinya dengan bijak dan dewasa. (SH)