Skandal
by GPBB · Published · Updated
Dalam beberapa minggu terakhir dunia politik Singapura diguncangkan oleh beberapa skandal secara berturutan, layaknya seperti perkataan “there are decades when nothing happens and there are weeks when decades happen”. Salah satunya adalah perselingkuhan antara ketua parlemen dengan salah satu anggota parlemen. Yang sepatutnya juga menjadi perhatian kita adalah sang (eks) ketua parlemen ini dikenal sebagai seseorang yang sangat ekspresif dalam menyatakan iman Kristianinya di ruang publik. Ia tidak jarang merujuk pada imannya atau ayat Alkitab dalam komentar-komentar atau pos-pos di kanal media sosial, dan sering diwawancara oleh berbagai publikasi Kristiani di Singapura. Oleh karena skandal ini, berbagai situs ini sampai perlu menambahkan catatan dalam artikel-artikel mereka mengenai Tan Chuan Jin, misalnya yang dilakukan oleh saltandlight.sg sebagai berikut (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia):
“Artikel-artikel ini diterbitkan sebelum kasus ini terungkap, dan kami percaya sekarang artikel-artikel ini akan dibaca dalam konteks yang tepat. Sebagai situs Kristiani, kami mencoba melakukan yang terbaik untuk memberi contoh orang-orang yang menghidupi iman mereka. Meskipun kami seringkali mengambil contoh orang biasa dan keseharian mereka, dalam beberapa kasus, kami juga meliput tokoh terkenal, termasuk politisi. Dan meskipun kita semua bercita-cita untuk tidak bercacat (Daniel 6:3-5, 1 Petrus 2:12), kenyataannya yang menyedihkan adalah bahwa kita semua sadar akan natur semua manusia yang berdosa dan tidak ada seorang pun yang bebas dari pencobaan dan dosa.
Kami percaya bahwa meskipun orang-orang ini berbuat salah, kita tetap dapat memetik pelajaran darinya. Kami percaya bahwa dimana ada pertobatan, maka kasih karunia dan pengampunan dapat mengikutinya. Kami sangat percaya bahwa orientasi kita sepatutnya bukan untuk meruntuhkan seseorang, namun untuk membangun (Efesus 4:29). Kami percaya bahwa kita yang mengaku sebagai orang percaya harus mengadopsi postur yang restoratif. Bergabunglah dengan kami dalam doa untuk orang-orang yang terlibat, dan untuk bangsa ini. Semoga kasih membimbing hati kita dan kebenaran menjadi ciri khas kita.”
Skandal ini sesungguhnya menjadi peringatan bagi kita, terutama bagi kita yang menempati posisi kepemimpinan dalam gereja, untuk memeriksa diri kita kembali, apakah jangan-jangan ada ‘skeleton in the closet’ dalam kehidupan kita, aib tersembunyi yang tidak diketahui orang lain dan yang terus kita tutup-tutupi, dan, jika ada, apakah kita sudah memulai langkah awal untuk memulihkan relasi kita yang rusak, bukan hanya dengan Allah, namun juga dengan orang-orang yang kita kasihi. (SH)