T R U S T
Sebuah buku yang kocak dan dengan daya tinjau yang tajam, ditulis oleh Daniel Ziv, Jakarta Inside Out, memerlihatkan sesuatu yang menarik: Ada tiga foto dari tiga demonstrasi pada tiga hari yang berbeda dan untuk tiga kemarahan yang berbeda, tetapi ada wajah orang yang sama. Bisa diduga, si empunya wajah sedang menjalankan usaha pekerjaannya, yakni ikut demontrasi dengan bayaran tertentu, untuk golongan politik apa saja.
Itulah sepotong gambar dari sebuah gambar yang lebih besar dan utuh tentang kondisi manusia Jakarta sekarang ini. Apa sih yang ngak bisa di-duit-in di jaman sekarang ini? Nangis, marah, protes, semua bisa jadi duit. Jika kita bisa bayar orang untuk nangis, marah, protes dan pergi berdemonstrasi, bagaimana kita bisa percaya bahwa semua itu dilakukan dengan benar dan tulus. Bagaimana pula kita bisa percaya, para demonstran itu sedang memperjuangkan kebenaran dengan ketulusan.
Sekali lagi dengan sinis, orang berkata: “Apa sih yang ngak bisa di-duit-in di jaman edan sekarang ini. Cinta bisa di-duit-in, pura pura cinta padahal cinta sama duitnya, bahkan agama aja bisa di-bisnis-in.” Uedan tenan!
Hilangnya trust (kepercayaan) menjadi satu fenomena yang jelas terlihat dan mengerikan sekarang ini. Apakah kita masih bisa percaya kepada para politikus? Apakah kita masih trust kepada orang yang berkata cinta kepada kita? Dan -ini yang paling ngeri– apakah kita masih bisa percaya kepada para rohaniwan, agamawan atau orang-orang saleh jaman now yang berkhotbah tentang kebenaran? Bukan tidak mungkin, para politikus, para birokrat, para anggota dewan terhormat, para pecinta dan bahkan para rohaniwan memiliki tiga wajah bahkan ratusan wajah yang berbeda. Trust hampir punah di jaman serba bengkok ini. Tidak heran, sesama manusia jadi saling curiga, boro-boro dengan orang yang jauh, yang dekat aja se-rumah kita tidak percaya. Boro-boro sama yang ngak kenal, sama yang kenal aja sulit percaya. Tambah lagi nih: Boro-boro sama orang yang beda agama, wong sama sama Kristen -segereja lagi-, kita gak bisa saling percaya. Ucapan “Saya gak percaya sama dia” tidak asing lagi di jaman sekarang ini. Dunia ini hancur bukan oleh senjata, bom, atau bencana alam tetapi oleh hilangnya kepercayaan terhadap satu sama lain.
Rasul Paulus memiliki keteladanan yang luar biasa. Doa Rasul yang sebelumnya bernama Saulus itu adalah “Jadikan kami, hamba-hamba Kristus, pelayan-pelayan Tuhan yang bisa dipercayai.” (I Korintus 4:2) Ayat itu selalu membuat saya gentar dalam menjalani seluruh panggilan hidup ini. Ayat itu tetap menegor saya: Apakah saya rohaniwan yang dapat dipercayai oleh umat? Apakah saya suami yang dapat dipercayai oleh istri? Apakah saya ayah yang dapat dipercayai oleh anak-anak saya?
Rasul Paulus tidak meminta menjadi Rasul yang hebat dan heboh. Ia tidak berdoa agar diberi karunia luar biasa dan spektakuler. Ia tidak meminta Tuhan memberikan kesuksesan dan kepopuleran yang membahana. Dia cuma ingin menjadi hamba yang bisa dipercayai. Doanya amat sederhana, “Jadikan kami hamba yang dapat dipercayai.”
Sudah saatnya sekarang ini, dalam dunia yang butuh trust, kita semua menjadikan trust harta yang tak ternilai dan selalu bertekad menjadi manusia yang dapat dipercayai oleh siapapun dan dalam hal apapun. Jadikan kami ya, Tuhan, pria, wanita, suami, istri, mahasiswa, pekerja, karyawan, rohaniwan, siapapun kami menjadi manusia yang dapat dipercayai. (J.Th)