TANTANGAN KEDEWASAAN KRISTEN
by GPBB · Published · Updated
1 Korintus 3:1-9
Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Korintus adalah salah satu surat dalam Perjanjian Baru yang paling banyak menggunakan kalimat perintah, yaitu sebanyak 81 kali. Mengapa Paulus banyak memberikan perintah kepada jemaat asuhannya? Salah satu penjelasannya adalah karena Paulus menganggap jemaat Korintus belum dewasa. Walaupun mereka sudah menjadi Kristen dan di dalam Tuhan, terindikasi dari Paulus memanggil mereka saudara-saudara, tetapi Paulus punya konsern dalam masalah pertumbuhan rohani jemaat Korintus dan itu sebabnya ia banyak memberikan perintah-perintah.
Apa saja hal-hal yang mengindikasikan ketidak-dewasaan jemaat Korintus dan karenanya karakteristik ini menjadi tantangan bagi jemaat Korintus dan juga gereja/orang Kristen masa kini untuk bertumbuh dewasa? Berdasarkan nats 1Kor 3:1-9 ada tiga hal yaitu:
- Jemaat Korintus disebut seperti “manusia duniawi”. Hal ini kebalikan dari manusia rohani. Keduanya muncul di ayat 1. Manusia duniawi artinya mengikuti kedagingan, bentuk paling konkrit adalah hal-hal tidak bermoral. Hal seksual misalnya yang menjadi konsern Paulus di pasal 5-7. Intinya hidup seperti orang-orang lain di luar Kristus!
- Jemaat Korintus disebut sebagai “belum dewasa dalam Kristus” (ay. 1). Kata “belum dewasa” dalam Bahasa Yunani adalah nepios, yaitu bayi. Terjemahan LAI memperlihatkan nuansa artinya: bayi adalah belum dewasa, istilah Bahasa Indonesia yang paling umum adalah kekanak-kanakan. Itu sebabnya di ayat 2 Paulus menyebutkan bahwa susu yang diberikan, bukan makanan keras. Dalam Ibrani 5:13, susu dikaitkan dengan pengajaran. Jadi bagi Paulus kedalaman pengajaran jemaat Korintus seperti bayi, bisa berarti masih di tahap hal-hal dasar, atau dalam konteks pasal 2 senang hikmat yang tidak berpusatkan pada Kristus (2:12-16).
- Jemaat Korintus disebut “ada iri hati dan perselisihan”. Hal ini berarti ada perpecahan di antara jemaat, penyebabnya adalah ada yang lebih mendukung Paulus, ada yang lebih mendukung Apolos. Paulus dalam ayat-ayat berikutnya menyebutkan sejumlah persamaan dirinya dengan Apolos, yaitu sama-sama pelayan Tuhan (ay. 5), akan menerima upah (ay. 8) dan merupakan kawan sekerja Allah (ay. 9). Perpecahan terjadi karena menonjolkan perbedaan daripada kesamaan!
Dengan uraian di atas biarlah kita senantiasa waspada terhadap hal-hal yang dapat menjadi tantangan dan hambatan pertumbuhan kita yaitu hidup mengikuti kedagingan (manusia duniawi), pengajarannya dan pemahaman iman seperti bayi dan senang perpecahan. Bagaimana menjauh dari tiga hal tersebut? Pada intinya adalah hidup mengikut Kristus! Paulus mencontohkan dirinya untuk hal ini dalam 1Kor 11:1: “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (djh)
Image edited by IY