Tantangan Pelayanan dan Pembelajaran Firman
by GPBB ·
Tantangan Pelayanan dan Pembelajaran Firman (Kisah Para Rasul 17:1-15)
20 September 2020
Respon orang-orang terhadap situasi yang sama dapat berbeda-beda. Ketika firman diberitkaan ada yang menerima dan menolak, ada yang menjadi bertumbuh ada yang tidak. Hal ini dikarenakan terdapat sesuatu yang internal, yang terjadi di dalam hati. NArasi pelayanan di Tesalonika dan Berea adal satu kesatuan: kedua kota ini berada dalam propinsi Makedonia, di kedua kota ini memiliki kesamaan dalam respon terhadap firman (4, 12), yaitu sebagian menjadi percaya. Namun perbedaannya di Tesalonika orang-orang Yahudi memusuhi Paulus dan kawan-kawannya sementara di Berea menyambut firman Tuhan.
Terdapat tiga fase bagi orang Kristen: pencarian, bertumbuh di dalam Kristus dan kedewasaan di dalam Kristus.
Fase pencarian, diwakili oleh jemaat di Berea yang menerima Firman dengan kerelaan hati. Kerelaan hati (prothumia), yang artinya kesiapan, kesungguhan, dan cenderung antusias. Setiap hari menyelidiki kitab suci dan mencari apakah benar arti dari firman dan mencari bukti-buktinya.
Fase bertumbuh di dalam Kristus, jika mau bertumbuh hal pertama adalah berjumpa dengan Kristus. Yesus adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingNya (Yoh 15:1-8), yang berarti menjadi bagian dari Kristus dan gereja. Di Tesalonika orang yang percaya disebutkan “menggabungkan diri”, artinya bukan sekedar percaya dan kognitif tetapi “menjadi bagian” dan memilih Yesus dan gerejaNya. Dari kitab Tesalonika Paulus menyatakan bahwa mereka kemudian bertumbuh di dalam Yesus dan menjadi teladan bagi orang Kristen lainnya. Beda orang yang bertumbuh sepenuhnya dengan yang belum adalah semua bagian dari hati/hidup dibuka dan diserahkan untuk Tuhan semuanya sementara yang belum bertumbuh kemungkian adalah karena ada ruang-ruang yang dikunci dari Tuhan, disimpan untuk diri sendiri.
Fase kedewasaan di dalam Kristus diwakili oleh Paulus dan kawan-kawannya. Paulus terus bertumbuh di dalam Kristus: “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Flp 3:8). Apakah sampah yang dimaksud? Kepintarannya sendiri, apa yang sudah dia pelajari dari Gamaliel, dan juga status ekonomi, sosial dan keagamaan. Paulus memberi diri dan hidup sepenuhnya untuk Tuhan: “demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp 1:20b-21). Ini merupakan panggilan bagi kita untuk juga melayani Tuhan.
Akhir kata: Christ is either Lord of all, or He is not Lord at all.
(Pdt. Djeffry Hidajat)