TEROR
Kata teror berasal dari kata terrere di dalam bahasa Latin yang berarti ‘untuk menakut-nakuti’. Karena itu, tujuan utama terorisme bukanlah sekedar untuk melenyapkan nyawa seseorang atau sekelompok orang tertentu, namun untuk menanamkan rasa takut di masyarakat tersebut. Ketika kita begitu dihantui oleh rasa takut, maka rasa takut tersebut dapat melumpuhkan kehidupan kita. Kita mengunci diri kita. Kita terus bersembunyi di dalam rumah. Kita tidak berani keluar. Dan akhirnya kehidupan kita yang normal menjadi lumpuh.
Dalam perjalanan hidupnya, Daud juga tidak lepas dari rasa takut. Ia memiliki banyak musuh di dalam hidupnya, seperti Saul dan bahkan Absalom, anaknya sendiri, yang ingin membunuhnya. Apa yang Daud lakukan ketika ia harus lari dari ancaman musuh-musuhnya tersebut? Ia tidak menyimpan segala rasa takut itu di dalam dirinya sendiri, namun ia menyampaikan segala perasaannya tersebut kepada Allah. Mazmur 3, misalnya, merupakan doanya ketika ia lari dari Absalom. Atau, Mazmur 57, doa yang ia naikkan ketika Saul mengancam nyawanya, “Kasihilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepadaMulah jiwaku berlindung!” (Mzm 57:2) Dalam mazmurnya yang lain, Daud menyaksikan bahwa “ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh”, karena “Ia melindungi aku dalam pondokNya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemahNya.” (Mzm 22:2,5) Lawan-lawan dan musuh-musuh Daud terus mengancam nyawanya, namun imannya tidak goyah, karena ia meyakini bahwa Allah akan melindunginya pada waktu bahaya.
Kehidupan kita, sama seperti Daud, tidak lepas dari momen-momen yang menakutkan, baik itu momen-momen yang sifatnya personal maupun yang global, seperti yang baru saja terjadi di Jakarta pada hari Kamis yang lalu. Namun, sama seperti Daud pula, jangan biarkan momen-momen teror tersebut membutakan mata rohani kita. Jika kita membiarkan momen-momen teror itu melumpuhkan hidup kita, justru disanalah kita telah memberikan kemenangan kepada momen-momen teror tersebut. Meneladani Daud, marilah kita menaikkan segala rasa takut kita kepada Allah dan mencari perlindungan kita kepada Dia semata. “TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (Mzm 27:1) (SH)