YA, KAMI BERJANJI!
Begitulah kira-kira jawaban mantap yang keluar dari para calon baptis dan sidi pada Minggu Paskah yang lalu. Delapan remaja dan empat pemuda satu per satu membungkukkan diri di hadapan Pdt. Joseph Theo untuk menerima baptisan kudus dan sidi. Namun sebenarnya prosesnya tidak sesederhana itu. Kerinduan untuk dibaptis dimulai dari ketekunan mengikuti katekisasi. Ini adalah proses yang panjang dan menuntut komitmen. Delapan belas topik materi dirangkai dan disusun begitu rupa agar para peserta baptis mendapatkan spektrum yang lebih utuh dan menyeluruh tentang pokok-pokok dasar iman Kristen. Para pemuda mengikuti dengan tekun di tengah kesibukan kuliah dan kerja mereka. Pertanyaan dan diskusi diberikan agar materi yang disampaikan dipahami dengan lebih mendalam. Begitu juga halnya dengan para remaja.
Di tengah-tengah kesibukan studi, mereka meluangkan waktu untuk datang ke gereja di siang hari untuk katekisasi. Beberapa kali saya perhatikan mereka datang sambil membawa tugas-tugas sekolah. Mereka berusaha mengerjakan keduanya dengan baik: tugas-tugas sekolah dan komitmen katekisasi. Tentu saja terkadang ada tuntutan sekolah yang mendesak sehingga mereka harus izin atau datang terlambat. Tetapi, at the end of the day, mereka menyelesaikannya dengan baik. Saya masih ingat sesi demi sesi dibanjiri dengan pertanyaan demi pertanyaan dari para remaja ini. Apalagi ketika kami membahas topik predestinasi, evil and sufferings, dan juga kehendak bebas manusia. Namun ini bukan diskusi pepesan kosong. Saya melihatnya sebagai sebuah pergulatan iman yang berbuah manis. Kami menjalaninya dengan diselingi tawa bersama, sambil ngemil waffles dan white chocolate yang dibawakan oleh Ibu Ami, tentu tanpa kehilangan esensi dari topik yang sedang di bahas.
Namun hal yang paling berkesan bagi saya ialah testimoni yang diberikan oleh para peserta, baik pemuda dan remaja. Ada banyak testimoni yang mereka berikan. Mereka kini melihat hidup mereka dari perspektif perjalanan rohani bersama dengan Tuhan, di mana Tuhan dimuliakan dalam perubahan pada tiap aspek hidup mereka. Puji Tuhan! Baptisan dan sidi tentu saja bukan akhir dari segalanya, malah ini adalah awal. Sebuah awal yang baik untuk terus melangkah dan bertumbuh di dalam Tuhan.
Tetapi jika kita mengingat pertanyaan yang diajukan oleh Pdt Joseph Theo pada waktu baptisan, ada satu yang ditujukan kepada jemaat. “Apakah jemaat berjanji untuk menerima dan mendorong saudara-saudari kita ini dalam iman?” Kita serempak menjawab: “Ya, kami berjanji!” Itulah bukti bahwa kita satu tubuh. Suatu kesediaan untuk saling mendukung dalam iman. Ada pepatah Inggris yang mengatakan: “It takes a village to raise a child.” Saya percaya itu juga yang berlaku bagi kita sebagai satu tubuh dalam gereja ini. Dukungan, doa dan partisipasi kita amat berperan bagi pertumbuhan iman anak-anak kita, baik di sekolah minggu, remaja atau pemuda. Betapa indah melihat para anggota keluarga datang bersama mendukung anak-anak mereka dibaptis dan sidi. Terbersit sepenggal firman dalam benak saya: “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” (2Tim.1:5). Kiranya iman yang demikian terus hidup di dalam keluarga kita turun-temurun (yj).