Yesus dari Galilea
Yesus memulai pelayanan publiknya sesudah Yohanes Pembaptis ditangkap. Injil Matius mencatat, ketika Yesus mendengar bahwa Yohanes telah ditangkap oleh kekaisaran Romawi, Ia pun menyingkir dari Nazaret (yang terletak 6 km saja dari Sepphoris, ibukota provinsi Galilea saat itu) ke Kapernaum, yang terletak di tepi danau Galilea (Mat 4:12-13).
Disinilah Yesus merekrut murid-murid pertamaNya sebagai bagian dari gerakan mesianikNya, yaitu para nelayan — orang-orang yang setiap harinya bekerja di danau ini. Di sini kita perlu mencatat bahwa Yesus bukanlah satu-satunya orang yang mengklaim bahwa dirinya seorang mesias saat itu. Pengharapan akan munculnya seorang mesias yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa Romawi sangatlah tinggi waktu itu. Di Galilea sendiri, ada seorang yang bernama Yudas yang melakukan pemberontakan terhadap kekaisaran Romawi pada waktu pendaftaran penduduk (yaitu, di masa kelahiran Yesus). Namun, pemberontakannya gagal dan Yudas pun tewas (Kis 5:36-37).
(Saat itu, nama Yudas sangatlah populer, terinspirasi oleh Yudas dari Makabe yang berhasil memimpin pemberontakan bangsa Israel melawan kerajaan Yunani pada pertengahan abad ke-2 SM, yang menggarisbawahi pengharapan mesianik bangsa Israel di era Yesus.)
Sebagai anak yang tumbuh besar di Galilea setelah pemberontakan Yudas, Yesus kemungkinan mendengar cerita mengenai Yudas dari Galilea ini. Karena itu, bukan tidak mungkin bahwa murid-murid pertama Yesus seperti Simon, Andreas, Yohanes dan Yakobus mengikutNya dengan bayangan bahwa mereka pun akan ambil bagian dalam gerakan mesianik dengan modus pemberontakan yang serupa. Lagipula, itulah yang menjadi bayangan ibu Yohanes dan Yakobus ketika ia meminta Yesus untuk memberikan jabatan yang tinggi bagi anak-anaknya setelah Yesus berhasil menjadi Raja (Mat 20:20-28). Hal ini mengilustrasikan bagaimana seringkali sampai sekarang pun banyak orang, bahkan termasuk kita sendiri, mulai mengikut Yesus dengan alasan yang keliru, sebelum Tuhan Yesus sendiri yang akan mengkoreksi dan membaharui diri kita di dalam lika-liku perjalanan kita mengikutNya, bahwa sesungguhnya mengikut Yesus itu berarti untuk menyangkal diri dan memikul salib. (SH)