MENGAPA HARUS MATI?
by GPBB ·
MENGAPA HARUS MATI?
“HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah.”
Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin ,
saat itu lalu dari padaNya. Katanya: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini dari padaKu, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki” (Markus 14:34-36)
Dr. James D. Tabor, seorang arkeolog, dalam bukunya: Jesus Dynasty, -tanpa kita persoalkan imannya- menuturkan tentang penemuan ossuary (kotak berisi tulang orang mati) dari korban penyaliban di zaman Romawi. Dikatakan bahwa paku untuk penyaliban itu sangat panjang dan runcing, menembus pada tulang pangkal sendi yang paling besar dari kedua pergelangan tangan dan kedua pergelangan kaki. Menurut analisa beliau, tulang pangkal sendi dipilih agar tulang tidak hancur saat dipaku karena berupa tulang rawan dan darah yang keluar seminimal mungkin. Tujuannya agar kesakitan yang sangat dahsyat akan dialami oleh terhukum selama mungkin. Dapat kita bayangkan, dengan begitu sang terhukum mengalami kesakitan dari plintiran sendi dan otot oleh berat badannya, mengalami kesulitan bernapas karena menahan sakit sekujur tubuh, tiap helaan napas adalah kesakitan yang tak terkira, ditambah terik matahari membuat dehidrasi dahsyat menyebabkan tubuh serasa dibakar dari luar dan dalam. Dr. Tabor juga mengatakan bahwa hukuman salib adalah hukuman yang paling menyedihkan dan paling mengerikan yang pernah diciptakan oleh umat manusia sepanjang sejarah. Oleh sebab itu Tuhan menamakannya “cawan pahit”.
Tuhan Yesus sangat memahami kekejaman salib yang sudah menjadi pemandangan umum pada saat itu. Tuhan tahu sejak semula Bapa menginginkan salib untuk-Nya. Sebagai manusia sejati, ketakutan adalah manusiawi. Oleh sebab itu secara rasional, kita bisa menafsirkan perasaan yang berkecamuk dalam hati Tuhan sejak waktu perjamuan malam terakhir sampai di taman Getsemani. Sangat rasional jika Tuhan berpikir, “Bukankah lebih terhormat kalau mati tertikam pedang saat berperang membela negara. Tetapi Tuhan tahu penderitaan yang sedang dialami-Nya. Setelah melalui pergumulan doa yang menyesakkan, bahkan sampai malaikat Tuhan memberi dukungan pada-Nya, maka Yesus berhasil keluar dari sifat daging-Nya dan menundukkan diri kepada kehendak Bapa-Nya (Lukas 22:39-46).
Pertanyaan yang selalu timbul ialah Mengapa Yesus Harus Mati?
Yesus mati agar manusia bisa mendapat pengampunan dosa dan hidup selamanya. (Roma 6:23; Efesus 1:7; Kolose 1:14) Yesus manusia sempurna, Dia tidak berdosa. Jadi, Dia bisa menjadi ”korban pendamaian bagi dosa kita” (1 Yohanes 2:2). Sama seperti dosa satu orang, yaitu Adam, menyebabkan semua manusia menjadi berdosa, kematian satu orang, yaitu Yesus, menghapus dosa orang-orang yang beriman kepadanya.
Kematian Yesus juga membuktikan bahwa manusia bisa tetap setia kepada Allah meski menghadapi berbagai kesulitan yang sangat berat. (Ibrani 4:15-16). Marilah kita memperingati Jumat Agung dan Paskah 2021 dengan komitmen untuk lebih hidup kudus dan berjuang untuk tetap setia meski harus menghadapi kesulitan yang berat (J.Th)