TUHAN TIDAK ADA
by GPBB ·
TUHAN TIDAK ADA
Seorang laki-laki pergi ke tukang cukur untuk memotong rambutnya dan mencukur jenggot sebagaimana biasa ia lakukan. Sambil bercukur mereka pun memulai percakapan yang akrab dan terus berbicara mengenai berbagai hal. Tiba-tiba pembicaraan mereka beralih tentang Tuhan. Tukang cukur itu berkata, “Ketahuilah teman, saya tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Jika Tuhan itu ada, mengapa banyak orang yang menderita? Mengapa banyak anak-anak yang terlantar? Mengapa ada sakit penyakit? Jika Tuhan itu ada, saya yakin DIA tidak akan membiarkan semuanya itu terjadi.” Laki-laki itu diam sejenak untuk memikirkan jawabannya, tetapi karena potong rambutnya sudah selesai dan tidak ingin berdebat maka setelah membayar, laki-laki itu pun berjalan keluar dari tempat cukur.
Baru saja keluar pintu, ia melihat seorang laki-laki berjalan dengan rambut dan jenggot yang sangat panjang dan acak-acakan. Laki-laki itu kembali masuk ke tempat cukur dan berkata kepada tukang cukur: “Tahukah engkau bahwa tukang cukur itu tidak ada?” “Bagaimana mungkin tukang cukur tidak ada? Lihat, bukankah aku ada di sini! Dan aku seorang tukang cukur.” sanggah si tukang cukur. “Tukang cukur tidak ada!” Seandainya ada, tentu tidak ada orang yang rambut dan jenggotnya panjang dan acak-acakan seperti orang yang ada di jalan itu.” ujar laki-laki itu sambil menunjuk ke luar. “Oh, itu salahnya sendiri kenapa ia tidak datang kepadaku.” “Jadi, begitu penjelasannya? Berarti Tuhan itu ada, tetapi salah mereka sendiri kenapa orang-orang itu tidak datang kepada Tuhan sehingga mereka menderita.”
Apa yang dapat kita pelajari? Kita semua tentu berbeda dengan si tukang cukur yang tidak percaya adanya Tuhan. Kita yakin bahwa Tuhan itu ada, namun apakah kita sudah datang kepada-Nya? Seperti laki-laki yang rambut dan janggutnya gondrong dan acak-acakan lewat di muka tukang cukur, kita seringkali merasa bahwa kita sudah datang kepada Tuhan. Buktinya kita rajin kebaktian Minggu atau kebaktian doa. Namun, sebenarnya kita hanya lewat saja dan tidak mampir untuk memberikan kesempatan kepada-Nya membersihkan dan merapikan hati kita. Hal ini mengakibatkan kita sering merasa Tuhan tidak adil, kita sering mengeluh atas tekanan pekerjaan, beban keluarga, gaji yang kecil, atasan yang tidak becus, bawahan yang tidak penurut, kesalahan yang selalu ditimpakan kepada kita, penyakit yang tidak kunjung sembuh, musibah, serta berbagai ketidak adilan di dunia ini. Lalu kita merasa menjadi orang yang paling menderita di dunia.
Firman Tuhan berkata: “Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik. TUHAN memandang ke bawah dari sorga, kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah.” (Mazmur 14:1-2). Eksistensi TUHAN tidak ditentukan oleh manusia percaya atau tidak percaya kepada-Nya. Keberdosaan manusia, kesalahan dan kebebalan hati manusia tidak dapat membuktikan bahwa TUHAN tidak ada. Marilah kita lebih beriman dan melihat semua peristiwa dalam dunia ini sebagai sarana untuk lebih memperkuat iman kita.
“Ya kekuatanku, aku mau berpegang pada-Mu, sebab Allah adalah kota bentengku.” (Mazmur 59:10) (J.Th)