B U L A N
Tanggal 20 Juli yang lalu merupakan peringatan 50 tahun dari salah satu pencapaian umat manusia yang paling menakjubkan, yaitu mendaratnya astronot Neil Armstrong dan Edwin ‘Buzz’ Aldrin di bulan. Armstrong dan Aldrin merupakan bagian dari misi luar angkasa Apollo 11, dengan satu astronot lainnya yaitu Michael Collins yang menunggu di unit induk pesawat dan mengitari orbit bulan selama mereka berada di bulan. Keduanya berada di bulan hampir satu hari lamanya, sebelum bersatu kembali dengan Collins dan kembali ke bumi dengan selamat pada tanggal 24 Juli 1969.
Armstrong dan Aldrin melakukan berbagai hal selama mereka berada di bulan, misalnya mengumpulkan batu-batuan untuk dibawa kembali ke bumi dan diteliti. Aldrin bahkan juga merayakan Perjamuan Kudus setelah ia mendarat di bulan, dan ada cerita yang menarik di sini, yaitu pertanyaan teologis apakah Aldrin dapat memimpin perayaan Perjamuan Kudus.
Aldrin sendiri adalah seorang penatua gereja Presbyterian di Houston, Texas, dan ia bertanya kepada pendetanya, apakah ia diperbolehkan untuk memimpin Perjamuan Kudus. Pendetanya tidak terlalu yakin, dan beliau kemudian bertanya kepada pejabat di sinode setempat, yang kemudian memberikan konfirmasi bahwa Aldrin diperbolehkan untuk memimpin Perjamuan Kudus. Pendetanya kemudian menyiapkan cawan kecil beserta satu set roti dan anggur untuk Aldrin sebelum ia berangkat.
Adapun ayat yang dibacakan oleh Aldrin ketika ia merayakan Perjamuan Kudus di bulan adalah Yohanes 15:5, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Bertahun-tahun kemudian, merefleksikan apa yang ia lakukan di sana, Aldrin berkomentar,
“Saya menuangkan anggur ke dalam cawan yang diberikan gereja kepada saya. Dengan gaya gravitasi permukaan bulan yang seperenam dari bumi, anggur melengkung perlahan dengan anggun di sisi cawan. Sangat menarik bahwa cairan pertama yang pernah dituangkan di bulan, dan makanan pertama yang dimakan di sana, adalah elemen-elemen Perjamuan Kudus.”
Aldrin sendiri memang melihat misinya ke bulan tidak lepas dari misi ilahi, bahwa manusia dipanggil bukan saja untuk mengeksplorasi bumi namun juga seluruh alam semesta beserta isinya. Misi yang belum selesai, dan yang akan terus berlanjut, apalagi dengan inisiatif NASA baru-baru ini untuk kembali ke bulan, sebelum mencoba target yang lebih jauh lagi. To infinity, and beyond! (SH)