Bersaksi di Keluarga (2)
Saya kaget sekali ketika menemukan praktisi yang berbeda dengan denominasi kami, dan langsung menarik papa keluar dari hall tanpa memberikan penjelasan sama sekali. Papa yang kebingungan lalu bertanya alasan saya. Saya menjelaskan kalau saya tidak ingin papa menjadi takut dan tidak mau lagi ke gereja setelah menyaksikan praktisi tersebut. Papa kemudian berkata, “Tidak masalah bagi kami. Mau musiknya tenang – tenang atau keras – keras, kotbahnya tenang – tenang atau keras – keras; toh kami juga bukan orang Kristen. Papa datang hanya untuk menghormati ajakan teman saja.” Di satu sisi, saya bersyukur Tuhan memberikan kesempatan pertama kalinya untuk menyampaikan kerinduan saya. Di sisi lain, merasa sedih karena penjelasan itu seperti satu lagi konfirmasi bahwa masih panjang perjalanan papa sampai percaya. Pernah saya sampai pada kesimpulan bahwa seandainya papa percaya sekalipun, kemungkinan besar terjadi saat menjelang akhir hidup, di saat kami benar – benar bisa berkata “sudah tidak ada waktu lagi, jangan keraskan hati”. Namun bersyukur, banyak diingatkan lewat teman – teman gereja untuk terus menaruh pengharapan pada mukjizat Tuhan.
Suatu kali saya menerima kabar kalau papa saya dituntut satu perusahaan karena membeli barang curian untuk supply toko. Papa terguncang saat banyak beurusan dengan polisi dan pengadilan. Bersyukur di masa – masa sulit, Tuhan banyak bekerja lewat tante dan perwakilan dari gereja yang datang ke rumah untuk mendoakan kami secara reguler. Papa berkata kepada saya, “Kalau benar kali ini papa dibebaskan, papa pasti akan ke gereja.”
Dan Tuhan menjawab doa kami. Pada akhirnya, kami mencapai kesepakatan dengan pemilik perusahaan dan menyelesaikan ganti rugi di luar pengadilan. Papa menepati janji ke gereja setelah itu.
Saya melihat pekerjaan Tuhan di dalam perubahan diri papa. Waktu kecil, papa sering bertengkar dengan mama, melampiaskan kemarahan dengan membanting pintu atau perabotan rumah. Tuhan memberikan kedamaian dan membentuk papa menjadi lebih sabar dan mengasihi. Di saat adik saya pindah ke luar kota (sehingga tidak bisa menemani papa mama ke gereja), Tuhan mengirimkan sepasang suami istri yang berteman baik dengan papa mama. Mereka sering mengajak ikut kelas pendalaman alkitab sampai pelayanan paduan suara.
Melihat ke belakang, saya menyesali saat – saat di mana saya gagal untuk mensyukuri pekerjaan dan bahkan meragukan kebaikan Tuhan. Kini, saya belajar untuk terus menjaga komunikasi dengan orang tua, mengajak mama bertukar pikiran dalam obrolan, juga terus mendoakan. Saya melihat peranan daripada saudara/i seiman saat menyambut keluarga di gereja, mengunjungi dan mendoakan, mengajak ikut kelas pembinaan; dan saya pun ingin belajar untuk turut menjadi berkat saluran berkat bagi teman – teman yang masih terus mendoakan orang tua atau keluarga yang belum percaya. Terima kasih atas kesempatan untuk menyaksikan pekerjaan Tuhan. (Anonim)