DICIPTAKAN UNTUK MEMBERI SEDEKAH (Kis.9:36-43, Amsal 11:24)
Memberi uang kepada pengemis, membantu korban bencana alam, mengirimkan bantuan makanan bagi keluarga yang membutuhkan dan sebagainya. Mungkin ini adalah beberapa contoh kegiatan atau ide yang muncul ketika kita mendengar kata ‘sedekah’. Dan tidak jarang orang melakukannya agar amal ibadahnya diterima oleh Tuhan. Tetapi tidak demikian dengan iman Kristen.
Dalam pengertian iman Kristen, sedekah adalah wujud iman yang dinyatakan dalam bentuk perbuatan baik kepada sesama, tanpa mengharapkan balas jasa apapun, termasuk perkenanan Tuhan. Sebaliknya, kita memberi sedekah karena Tuhan telah memberikan yang terbaik dalam hidup kita, yaitu Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus. Karena itu, sedekah ialah wujud kasih yang dirasakan oleh orang yang hidupnya telah ditebus oleh Kristus. Sebagai bentuk ungkapan kasih dan terima kasihnya kepada Tuhan, ia menyatakan bakti kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Inilah yang terjadi dalam hidup Tabita (atau Dorkas).
Ada dua hal yang menarik dalam ayat 36 yang berbicara tentang Tabita: pertama, Tabita adalah seorang murid; kedua, ia banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Walaupun tidak dimaksudkan sebagai sebuah teks dogmatis, perikop ini memberikan teladan kepada kita bahwa sebuah perbuatan baik dan sedekah harus selalu dimulai dari hati sebagai murid Kristus. Begitu juga sebaliknya. Seorang murid Kristus yang sejati akan terbukti dari perbuatan baik dan kasihnya kepada sesama. Menjadi murid ialah status, tetapi berbuat baik dan bersedekah ialah actus, bukti dari status tersebut. Menjadi murid merujuk kepada iman kepada Kristus, tetapi berbuat baik dan mengasihi sesama ialah buah manis dari iman yang sejati. Karena itu benarlah apa yang Yakobus katakan: “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai dengan perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (2:17).
Dan iman yang disertai dengan perbuatan baik itu memberi bekas yang mendalam dan dampak yang luas. Tidak heran ketika Tabita meninggal dunia, para janda di Yope yang merasakan perbuatan baiknya “datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup” (ay.39). Ternyata, semasa hidupnya, Tabita sering membuatkan baju untuk para janda di Yope yang memang pada waktu itu hidup sederhana. Tabita melakukan karya kasih ini dengan tekun sampai akhir hidupnya. Itulah sebabnya, banyak lembaga menamai kegiatan mereka ‘Dorkas’ atau ‘Tabita’ untuk merujuk kepada pelayanan yang meringankan beban sesama.
Di penghujung perikop ini, atas kemurahan dan kuasa Tuhan, Petrus membangkitkan Tabita. Tabita yang dikisahkan dalam perikop ini telah bangkit dan hidup kembali bersama dengan para janda di Yope. Tetapi bagaimana dengan ‘Tabita’ yang ada dalam hati kita? Apakah ikut bangkit juga? Kiranya kita pun bangkit bersama Tabita dalam karya kasih dan sedekah kepada sesama. Siapa yang Anda ingin bantu hari ini? (yj).