HUKUM TABUR TUAI
by GPBB ·
Ada sebuah pepatah Tionghoa yang berkata 种 瓜 得 瓜 种 豆 得 豆 (zhòng guâ de guâ, zhòng dòu de dòu) yang artinya, tanam labu dapat labu, tanam kacang dapat kacang. Bandingkan pepatah ini dengan Galatia 6:7, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Amsal 22:8, “Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana,…” Banyak kesamaan kebenaran antara pepatah Tionghoa dengan firman Tuhan.
Alkitab mengajarkan bahwa jangan sesat! Artinya adalah jangan menyesatkan diri sendiri. Jangan kita marah, tersinggung, menyalahkan orang lain, melempar tanggung jawab jika sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup kita. Sebab sesuatu yang buruk itu tidak datang dengan tiba-tiba, jauh hari sebelumnya kita sudah melakukan penanaman benih bencana itu. Ketika bencana banjir, tanah longsor, tanggul jebol, pemanasan global, sakit penyakit menimpa hidup kita, maka kita tidak bisa mengatakan ini cobaan dari Tuhan atau kita berteriak, “Mengapa Tuhan ijinkan semua ini terjadi dalam hidup kita?” Semua bencana terjadi karena ulah kita sendiri. Kita tanam apa, kita tuai apa. Apa yang kita perbuat, kita harus tanggung resikonya. Ketika bencana datang, harusnya kita salahkan diri sendiri dan kemudian berbenah diri supaya tidak melakukan segala perbuatan yang akan menuai bencana lagi. Memori kita seringkali pendek, begitu bencana berlalu, kita kembali melakukan segala sesuatu yang kelak akan kembali menuai bencana. Itulah arti, “Jangan sesat! Jangan ulangi lagi perbuatan apapun yang bisa menuai bencana.
Banyak manusia ketika melakukan sesuatu tidak bicara dengan siapa-siapa, tidak minta nasihat siapa-siapa, dia menikmati sendiri kenikmatan perbuatan itu. Tetapi, ketika harus menangung akibat dari perbuatannya itu, ia baru cerita kepada orang lain, minta nasihat sana-sini, menyesal ini-itu, seolah-olah mau berbagi akibat dengan orang lain. Adilkah itu? Ketika berbuat dia lakukan sendiri, ketika ada akibat, dia minta semua orang ikut menanggung akibat. Orang Jakarte bilang, “kalo lagi seneng gak ingat kite-kite, begitu susah, kite-kite juga nyang repot. Die nyang makan nangka, kite nyang kena getahnye”
Pepatah Tionghoa zhòng guâ de guâ, zhòng dòu de dòu dan Galatia 6:7 sungguh indah. Pepatah dan firman Tuhan itu mengajar kita supaya berhati-hati dalam setiap perbuatan dan perkataan kita. Pikir berulang-ulang kali sebelum melakukan satu perbuatan atau perkataan. Pikirkan apa dampaknya buat diri sendiri apalagi buat keluarga, orang lain, gereja dan Tuhan. Waspadalah atas kehidupan ini, jangan jalani hidup dengan sembarangan, karena kita juga yang akan menuai segala sesuatunya. Kita juga diajar berani bertanggung jawab atas semua yang sudah kita perbuat dan katakan. Kita tanam labu tidak mungkin menuai kacang atau kita tanam kacang tidak mungkin menuai labu.
Jika kita ingin labu, tanamlah labu. Jika ingin kacang, tanamlah kacang. Jika ingin bahagia, tanamlah bahagia. Jika ingin berkat tanamlah berkat. Jika ingin dilayani tanamlah melayani. Jika ingin diberi, tanamlah memberi. Tuhan berkata, “Apa yang kau ingin orang lain lakukan untukmu, lakukan itu dulu kepada orang lain.” (Matius 7:12) Hidup kita akan bahagia jika kita menanam bahagia. Ingat selalu, apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. zhòng guâ de guâ, zhòng dòu de dòu. Selamat menanam dan selamat menuai. (J.Th)
Image courtesy of Lovepik