Hukum yang Mematikan
Singapura dikenal dengan julukan ‘Fine City’. Negeri ini dikenal dengan berbagai macam aturannya yang ketat, dimana yang melanggar akan dikenakan denda atau hukuman yang berat. Di satu sisi, penegakan hukum yang kuat memang penting untuk menjamin keteraturan hidup bermasyarakat. Namun, di sisi yang lain, jika berlebihan hal ini dapat menimbulkan kesan bahwa hukum-hukum ini tidak manusiawi dan hanya akan mengekang kebebasan kita sebagai manusia.
Perdebatan mengenai posisi ‘hukum’ di dalam masyarakat kita temui pula di dalam kehidupan Yesus. Yesus sering menemui kontroversi dengan kaum Farisi mengenai interpretasi Hukum Taurat. Hukum Taurat sendiri memiliki tempat yang sangat penting bagi kehidupan orang Israel. Ia diyakini sebagai pernyataan kehendak Allah bagi bangsa Israel. Orang yang menjalani hukum Taurat dengan seksama akan dianggap sebagai umat Allah yang setia. Di sisi lain, Yesus seringkali melakukan hal-hal yang dianggap bertentangan dengan Hukum Taurat. Ia menyembuhkan orang di hari Sabat. Ia membiarkan murid-muridNya untuk memetik bulir gandum di hari Sabat, dan seterusnya. Kaum Farisi pun langsung protes ketika melihat hal itu. Menurut mereka, Yesus telah melakukan sesuatu yang dilarang oleh Hukum Taurat.
Yesus sendiri meyakini bahwa apa yang Ia lakukan sebenarnya tidak bertentangan dengan Hukum Taurat. Justru sebaliknya, dalam khotbahNya di bukit, Ia berkata, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17) Yesus melihat realita yang lebih dalam ketimbang apa yang tertera di Hukum Taurat. Jika Hukum Taurat berkata, “Jangan berzinah,” maka Yesus berkata bahwa setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sebenarnya sudah berzinah di dalam hatinya. Bagi Yesus, kaum Farisi terjebak di dalam huruf-huruf Hukum Taurat dan melupakan semangat dari mengapa Hukum Taurat itu diturunkan pada awalnya. Hasilnya adalah hukum ini bukan menjadi hukum yang menghidupkan namun mematikan.
Dalam perjalanan kita sebagai umat Tuhan, marilah kita berhati-hati agar kita tidak terjebak hanya kepada detil-detil peraturan dan malah melupakan semangat dari peraturan-peraturan ini. Marilah kita mengingat perkataan Tuhan Yesus, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.” (Mrk 2:27) Hukum diciptakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hukum! (SH)