Ibadah Intergenerasi
“Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Mrk 10:14)
Hari ini gereja kita mengadakan kebaktian intergenerasi dalam rangka penutupan bulan keluarga. Berbeda dengan biasanya, hari ini tidak ada sekolah minggu maupun kebaktian remaja. Yang ada yaitu satu ‘kebaktian umum’ saja, dimana seluruh jemaat dari setiap lapisan usia beribadah bersama-sama. Gereja kita, seperti kebanyakan gereja Protestan pada umumnya, mengadopsi model segregasi berdasarkan kelompok usia (age-segregated model) dalam mengadakan ibadahnya, terutama bagi anak-anak dan remaja dalam wujud sekolah minggu dan kebaktian remaja. Hal ini berbeda dengan, misalnya, gereja Katolik Roma dimana ibadah intergenerasi memang menjadi normanya.
Sekolah minggu sendiri pertama kali dimulai pada tahun 1780an di Inggris. Hal ini dimotori oleh revolusi industri yang mengakibatkan banyaknya anak-anak dan remaja, terutama yang tinggal di kota, yang mesti bekerja enam hari setiap minggunya. Memperhatikan hal ini, gereja-gereja memulai pelayanan sekolah minggu untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak dan remaja. Sekolah minggu menjadi sarana pendidikan formal bagi anak-anak dan remaja yang kurang mampu ini. Bahan yang diajarkan adalah membaca dan menulis dengan Alkitab sebagai buku pelajarannya. Baru setelah ada sistem pendidikan yang universal, sekolah minggu lebih berfokus kepada pendidikan rohani anak-anak.
Dalam perkembangannya, pelayanan sekolah minggu dan remaja menjadi lebih terspesialisasi, dimana masing-masing akan memiliki ibadahnya tersendiri yang terpisah dari ibadah ‘dewasa’/‘umum’. Di sisi lain, beberapa studi mencatat bahwa terkadang tidak mudah bagi anak-anak dan remaja untuk transisi ke jenjang yang lebih ‘tinggi’. Barna Group, misalnya, mencatat ada lebih dari separuh remaja di Amerika Serikat yang ‘drop-out’ dari gereja. Ada beberapa alasan untuk hal ini, dan salah satunya adalah keterasingan dengan ibadah ‘dewasa’. Karena itu, mari kita menggumuli dan mendoakan hal ini bersama-sama sebagai satu jemaat, agar kita dapat lebih mengintegrasikan ibadah kita bagi setiap lapisan yang ada, tanpa terkecuali. Kiranya Tuhan yang memberi hikmat dan keberanian bagi kita semua. (SH)