JANGAN ADA VIRUS DI ANTARA KITA!
by GPBB ·
JANGAN ADA VIRUS DI ANTARA KITA!
Kira-kira begitulah judul dua tahun terakhir ini jika Covid-19 dijadikan sinetron. Tetapi Covid-19 bukan sinetron. Ia adalah realitas kehidupan sehari-hari. Namun saya rasa judul ini tetap relevan dalam kehidupan kita. Orang menjadi lebih waspada terhadap sesamanya; lebih menjaga diri dalam hal kesehatan dan istirahat, dan sebisa mungkin berolahraga secara teratur. Tiap orang di seluruh dunia berusaha agar jangan dihinggapi oleh virus yang mematikan ini.
Kita bersyukur untuk usaha para ilmuwan dan tenaga medis di garis depan yang bekerja keras untuk menemukan beberapa jenis vaksin. Puji Tuhan vaksin sudah diberikan kepada para frontliners dan kaum senior di Singapura. Kita mengharapkan pemberian vaksin yang semakin luas dan hasil yang semakin baik, bukan hanya bagi Singapura, tetapi juga bagi seluruh dunia. Pandemi ini membuat kita bercermin bahwa sungguh kita tidak lagi dapat hidup individualis dan terisolasi (walau virus ini memaksa kita hidup terisolasi untuk sejangka waktu). Kita perlu untuk terus memandang kehidupan dengan mempertimbangkan sesama. Kehidupan di satu negara sangat mempengaruhi iklim politik, perekonomian, sosial, dan sebagainya di negara lain. Begitu juga antara Singapura dan dunia. Begitu juga Indonesia dan dunia. Begitu juga antara kita dan sesama.
Kemungkinan sinetron kehidupan ini masih panjang. Mungkin sampai lima tahun lagi. Paling tidak itulah yang diprediksi oleh Education Minister, Lawrence Wong (“Covid-19 Pandemic Could Last Four or Five Years: Lawrence Wong [The Strait Times, 25 January 2021]). Wong menyatakan bahwa, “The rules around wearing masks, upholding of safe distancing measures, and avoiding crowded places – these will continue to be part of everyday life.” Ini berarti kita harus membiasakan diri untuk menjaga diri, bukan hanya demi kesehatan diri, tetapi demi kesehatan bersama. Semua ini kita lakukan demi mengalahkan musuh bersama, yaitu virus.
Ini juga berlaku bagi virus yang lain, yaitu virus radikalisme! Akhir tahun lalu Singapore dikejutkan oleh adanya rencana terror yang dilakukan oleh seorang remaja Kristen Protestan, Secondary 4, terhadap dua Mesjid di Singapore. Syukurlah rencana busuk ini digagalkan oleh Internal Security Department (ISD). Remaja radikal tersebut di tangkap 23 Desember tahun lalu. Hal ini menarik perhatian banyak kalangan. Di dalam suratnya, Rt.Rev. Keith Lai, Presiden dari National Council of Churches of Singapore (NCCS) mengisahkan bagaimana NCCS bersama dengan Ministry of Culture, Community and Youth (MCCY) mengunjungi rekan-rekan Muslim dari Masjid Yusof Ishak dan Masjid Assyafaah. Kunjungan ini merupakan bentuk solidaritas umat dalam kasih dan sungkawa, mengingat kita adalah sesama makhluk Tuhan, sebelum kita memeluk agama yang berbeda. Ini adalah contoh yang baik dalam kehidupan bersama dalam keragaman dan perbedaan.
Dalam kasih yang merangkul dan memikirkan kepentingan bersama, niscaya baik virus Covid-19 ataupun virus radikalisme, tidak mendapat tempat dalam kehidupan kita. Bukankah Kristus sendiri mengajarkan kita, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39b)? Mari hidup bersama dalam kasih (YJ).