Pertanyaan tentang Konsep Kristiani dari Orang yang Belum Percaya
by ADMIN · Published · Updated
Pertanyaan:
Konteks: Teman saya sedang menjelajahi iman; ia percaya bahwa mungkin ada Tuhan, tetapi ia tidak dibesarkan dalam lingkungan Kristen, sehingga tidak familiar dengan banyak konsep Kristen (dan beberapa di antaranya sulit dipahami). Ia punya 3 pertanyaan:
-
Bagaimana kita bisa yakin bahwa surga dan neraka itu benar-benar ada?
-
Banyak orang sukses dalam hidup tanpa menjadi Kristen. Mengapa kita perlu Tuhan?
-
Bagaimana kita tahu sesuatu terjadi karena Tuhan dan bukan karena kebetulan?
Pertanyaan saya: Bagaimana saya bisa menjawab pertanyaan teman saya tanpa membuatnya takut dengan terlalu banyak istilah Kristen?
Jawaban:
Itu pertanyaan yang sangat bijaksana dan penuh kepedulian — bagus sekali bahwa Anda ingin menjawab teman Anda dengan cara yang tulus, hormat, dan mudah dimengerti.
Ketika seseorang baru mulai menjelajahi iman, biasanya mereka tidak mencari kuliah teologi — mereka mencari percakapan jujur yang terhubung dengan pengalaman nyata mereka.
Berikut cara untuk mendekati setiap pertanyaan teman Anda dengan bahasa yang sederhana dan bersahabat tanpa terlalu banyak istilah rohani:
1. “Bagaimana kamu tahu pasti bahwa surga dan neraka itu ada?”
Anda bisa mengatakan sesuatu seperti:
“Itu pertanyaan yang sangat bagus — dan sejujurnya, iman bukan tentang memiliki bukti ilmiah 100%. Orang Kristen percaya akan adanya surga dan neraka karena Yesus berbicara tentang hal itu, dan kami mempercayai apa yang Dia katakan. Tapi juga karena ada perasaan bahwa hidup ini bukan segalanya — bahwa kasih, keadilan, dan kebaikan terlalu berharga untuk sekadar hilang begitu saja. Percaya pada surga dan neraka sebenarnya tentang mempercayai bahwa Tuhan pada akhirnya akan menegakkan keadilan — bahwa kasih dan kebenaran akan memiliki tempat yang kekal.”
Ini menjaga nada pembicaraan tetap pribadi dan reflektif, bukan dogmatis. Anda juga bisa mengakui adanya misteri dalam hidup:
“Aku rasa tidak ada orang yang bisa ‘membuktikan’ surga dan neraka seperti kita membuktikan rumus matematika. Tapi banyak orang, termasuk aku sendiri, pernah mengalami momen yang membuat kami percaya bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar dunia yang terlihat.”
2. “Banyak orang sukses tanpa menjadi Kristen. Mengapa kita perlu Tuhan?”
Anda bisa menjawab:
“Itu benar — banyak orang bisa melakukan hal luar biasa tanpa percaya kepada Tuhan. Iman kepada Tuhan bukan tentang menjadi lebih sukses atau lebih baik dari orang lain; ini tentang hubungan. Orang Kristen percaya bahwa Tuhan menciptakan kita untuk mengenal-Nya — jadi bahkan ketika hidup terlihat penuh di luar, kadang di dalam tetap terasa ada yang kurang. Kita bukan ‘membutuhkan’ Tuhan untuk berhasil; kita membutuhkan-Nya untuk menjadi utuh.”
Anda bisa menambahkan secara pribadi:
“Bagi saya, mengenal Tuhan membuat hidup punya makna yang lebih dalam — membantu saya memahami siapa saya, mengapa saya ada, dan apa yang benar-benar penting. Ini bukan tentang kesuksesan, tapi tentang hubungan dan tujuan.”
3. “Bagaimana kita tahu sesuatu terjadi karena Tuhan dan bukan karena kebetulan?”
Anda bisa menjawab:
“Itu pertanyaan yang wajar — terkadang memang sulit membedakannya. Saya tidak berpikir setiap hal kecil yang terjadi itu selalu mujizat besar, tapi seiring waktu, banyak orang Kristen mulai melihat pola atau pengalaman yang terasa terlalu bermakna untuk disebut kebetulan. Iman membantu kita melihat hidup dengan cara berbeda — di mana kita mulai menyadari kasih karunia atau tujuan dalam hal-hal yang mungkin dulu kita anggap kebetulan.”
Lalu Anda bisa mengundangnya untuk mengeksplorasi hal itu secara pribadi:
“Kamu tidak harus memaksakan diri. Kalau suatu saat kamu mulai berbicara kepada Tuhan — bahkan sekadar berkata, ‘Kalau Engkau benar ada, tunjukkan padaku’ — kamu mungkin mulai melihat hal-hal dengan cara baru. Iman sering tumbuh lewat pengalaman, bukan lewat perdebatan.”
Kiranya Tuhan memberkati dan menolongmu saat kamu berjalan bersama temanmu — dan bersama Tuhan.
Pdt. Yudi Jatmiko

