How does theology qualify as a “science”?
by ADMIN · Published · Updated
Image from newyorker.com
Pertanyaan:
Bagaimana teologi dapat dianggap sebagai "ilmu"? Mengingat bahwa suatu bidang pengetahuan dapat disebut ilmu jika melalui pengujian hipotesis dan, sampai batas tertentu, melalui observasi dan/atau rekreasi suatu situasi tertentu, bagaimana sesuatu yang "ilahi" dapat dipelajari dengan metode manusiawi? Bagaimana kita bisa mempelajari sesuatu yang tidak hadir secara fisik?
Jawaban:
Terima kasih kepada penanya untuk pertanyaan yang “keren” ini.
Science terbagi dalam dua kategori besar yaitu eksakta dan non eksakta. Ilmu pengetahuan eksakta seperti matematika, fisika, dan kimia, didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah yang ketat dan berfokus pada pengukuran, observasi, eksperimen dan tersusun secara sistematis dan mempunyai metoda tertentu yang bersifat objektif, rasional, empirik, universal.
Sebaliknya, ilmu pengetahuan non-eksak, (dikenal sebagai science humaniora, atau ilmu kemanusiaan) seperti ilmu sosial (sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi dan ilmu politik), ilmu kesusastraan, seni rupa, sejarah, filsafat, dan studi agama (teologia) adalah bidang studi yang menitikberatkan pada pemahaman manusia, masyarakat, dan kemanusiaan secara luas. Berbeda dengan ilmu eksak yang berfokus pada pengukuran, observasi, dan analisis kuantitatif, ilmu non-eksak lebih menekankan pada analisis kualitatif, observasi, interpretatif, dan pemahaman mendalam terhadap berbagai aspek kehidupan manusia.
Kedua kategori science tersebut senantiasa melakukan riset. Science Eksakta melakukan riset melalui testing hypothesis and to an extent, observing and/or recreating a certain situation. Tetapi yang non eksakta juga melakukan riset. Metodologi riset teologia adalah proses di mana manusia mencari kebenaran empiris, meliputi: 1) Wahyu (Penyataan); 2) Otoritas; 3) Asumsi; 4) Melakukan penelitian; 5) Akal; 6) Intuisi.
Di dalam riset teologia memakai prinsip:
- Perumusan masalah
- Penyusunan kerangka teori dan pengajuan hipotesis.
- Metodologi penelitian.
- Penelitian objek dengan memakai ilmu sosial, psikologi, antropologi, ilmu kimia, gramatika dll.
- Hasil penelitian, hipotesis dan pembahasan.
- Diskusi, implikasi, dan kesimpulan.
Dengan demikian ilmu teologia juga menarik untuk diteliti dan dipelajari.
Sekarang mengenai pertanyaan how can someone "divine" be studied with humanly methods?
Dalam teologia ada pemahaman Deus Revelatus (Latin: revēlāta/revēlātum) yang berarti ditampilkan, dibongkar, diungkapkan, diwahyukan. Artinya TUHAN membuka diri-Nya melalui wahyu kepada manusia agar manusia dapat meneliti TUHAN dengan metode manusiawi untuk mengenal-Nya dan semakin mengenal-Nya. Wahyu terbesar adalah Alkitab. Wahyu khusus adalah Yesus Kristus. Deus Revelatus adalah Tuhan yang “diungkapkan”, “diwahyukan.” Gagasan tentang Tuhan yang membuka diri (via wahyu umum dan wahyu khusus)
Tetapi Deus Revelatus tidak berarti manusia dapat mengetahui atau membongkar sepenuhnya tentang TUHAN, karena disamping Deus Revelatus ada juga Deus Absconditus (Tuhan yang tersembunyi) (Latin: abscondere) yang berarti “menyembunyikan.” atau keadaan tersembunyi atau tidak terlihat.
“Tuhan yang tersembunyi” Gagasan ini tentang sifat Tuhan yang tidak sepenuhnya dapat dipahami atau dijelaskan oleh manusia. Bagaimana yang terbatas manusiawi dapat memahami yang tak terbatas Ilahi. Ini menyiratkan bahwa, meskipun ada keyakinan akan keberadaan Tuhan, sifat dan kehendak-Nya tetap tersembunyi dari pemahaman manusia.
Manusia bisa mengenal Tuhan karena Tuhan membuka diri-Nya dan pemahaman itupun sejauh pemahaman manusia dalam keterbatasannya.
Pesan akhir adalah belajar tentang Tuhan itu asyik dan menyenangkan. Kita seharusnya terus mengadakan riset tentang Tuhan baik secara pribadi atau kelompok melalui berbagai metodologi riset teologia sebagai ilmu yang non eksakta. TUHAN Yesus memberkati.
Surabaya, 26 April 2025.
Pdt Em. Joseph Theo
Question:
How does theology qualify as a "science"? Considering that for a knowledge body can be considered science is through testing hypothesis and to an extent, observing and/or recreating a certain situation, how can someone "divine" be studied with humanly methods? How can we learn and study something that is not physically present?
Answer:
Thank you to the questioner for this “cool” question.
Science is divided into two major categories: exact and non-exact sciences. Exact sciences, such as mathematics, physics, and chemistry, are based on strict scientific principles and focus on measurement, observation, experimentation, and are systematically organized with specific methods that are objective, rational, empirical, and universal.
Conversely, non-exact sciences (known as the humanities or social sciences), such as social sciences (sociology, anthropology, psychology, economics, and political science), literature, fine arts, history, philosophy, and religious studies (theology) are fields of study that emphasize the understanding of humans, society, and humanity at large. Unlike exact sciences that focus on measurement, observation, and quantitative analysis, non-exact sciences place greater emphasis on qualitative analysis, interpretative observation, and deep understanding of various aspects of human life.
Both categories of science continuously conduct research. Exact sciences conduct research by testing hypotheses and, to an extent, by observing and/or recreating certain situations. However, non-exact sciences also conduct research. The methodology of theological research is the process by which humans seek empirical truth, which includes: 1) Revelation; 2) Authority; 3) Assumptions; 4) Conducting research; 5) Reason; and 6) Intuition.
In theological research, the following principles are applied:
- Formulation of the problem;
- Development of a theoretical framework and formulation of hypotheses;
- Research methodology;
- Investigation of the object using social sciences, psychology, anthropology, chemistry, grammar, etc.;
- Research results, hypotheses, and discussion;
- Discussion, implications, and conclusions.
- Thus, theology is also an interesting field to research and study.
Now, regarding the question: how can something "divine" be studied with human methods? In theology, there is the concept of Deus Revelatus (Latin: revealed) which means displayed, uncovered, disclosed, or revealed. It means that God opens Himself through revelation to humanity, so that humans can study God using human methods to know Him and continue to know Him more. The greatest revelation is the Bible. The special revelation is Jesus Christ. Deus Revelatus refers to the God who is “revealed” or “disclosed.” This idea emphasizes that God reveals Himself (through general and special revelation).
However, Deus Revelatus does not mean that humans can fully know or uncover everything about God, because alongside Deus Revelatus, there is also the concept of Deus Absconditus (the hidden God) (Latin: to hide), meaning "hidden" or existing in a state of concealment or invisibility. The "hidden God" refers to the idea that God's nature cannot be fully comprehended or explained by humans. How can something finite (human) fully comprehend the infinite (divine)? It suggests that, although there is belief in God's existence, His nature and will remain hidden from full human understanding. Humans can know God because God opens Himself up, and even that understanding is limited by human finiteness.
The final message is that learning about God is fun and exciting. We should continue conducting research about God, either personally or in groups, through various theological research methodologies as a non-exact science. May the Lord Jesus bless you.
Surabaya, April 26, 2025
Rev Em Joseph Theo