Potret Ilahi
Pada bulan Juli 2014, Indonesia akan memilih presidennya yang baru. Setelah presiden yang baru ini dilantik, potret presiden yang lama di kelas-kelas dan di kantor-kantor pemerintahan akan diganti dengan potret presiden yang baru. Potret ini akan mengingatkan kita siapa yang sedang berkuasa di tempat itu.
Raja-raja di Timur Tengah kuno memiliki cara yang serupa untuk menunjukkan bahwa mereka adalah raja di wilayah kekuasaan mereka. Belum ada foto waktu itu. Yang akan ia lakukan adalah membuat patung-patung yang sesuai dengan gambar dan rupanya, dan menempatkan patung-patung ini di seluruh wilayah kekuasaannya, supaya semua orang tahu bahwa ialah raja di tempat tersebut. Patung-patung ini adalah wakil dan representasi sang raja.
Itulah maksud Allah ketika Ia menjadikan manusia sesuai dengan gambar dan rupaNya. Kita semua adalah potret ilahi, yang diciptakan untuk menjadi perwakilan kuasa Allah di bumi, sama seperti Adam, yang ditempatkan oleh Allah di taman Eden untuk “mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kej 2:15). Namun kemudian Adam jatuh ke dalam pencobaan si ular. Tidak cukup baginya untuk menjadi wakil Allah di bumi. Ia ingin menjadi seperti Allah sendiri.
Seringkali kita juga berperilaku seperti Adam. Kita lebih memilih untuk menuruti keinginan daging kita ketimbang mentaati kehendak Allah. Potret ilahi di dalam diri kita pun menjadi retak dan kabur. Yang kita refleksikan lewat hidup kita bukanlah Allah yang penuh kasih, namun diri kita dengan segala keakuannya. Kita tidak menjadi wakil Allah di bumi ini, melainkan menjadi raja atas hidup kita sendiri.
Namun hal ini tidak berarti bahwa tidak ada harapan lagi bagi kita semua. Kristus telah datang untuk memutarbalikkan kutuk Adam. Kontras dengan Adam, Ia tetap taat ketika Ia dicobai oleh Iblis, bahkan taat sampai mati di kayu salib. Ia telah menunjukkan kepada kita apa artinya untuk menjadi potret ilahi yang sejati, yaitu untuk merendahkan diri kita dan menundukkannya di bawah kehendak Allah. Potret ilahi yang rusak telah dipulihkan di dalam Kristus. Karena itu, marilah kita meneladani Kristus dan menyangkal diri kita, agar kita boleh menemukan kembali siapa diri kita di hadapan Allah. (SH)