SENJATA-SENJATA KEBENARAN
(image dari http://todaycanbedifferent.net)
“Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.”
(Roma 6:13)
Seorang bapa gereja bernama Agustinus adalah orang yang sangat cerdas. Dalam usia yang sangat muda, ia telah menjadi pengajar dan memperoleh berbagai pengakuan sosial pada zamannya. Tetapi Agustinus memiliki kehidupan moral yang sangat buruk. Ia terbiasa hidup dengan wanita tanpa ikatan pernikahan kudus, bahkan sampai mereka memiliki anak di luar pernikahan. Setiap kali Agustinus mendengarkan khotbah, ia mencemoohnya karena nilai estetika dan muatan filsafat yang rendah dalam pandangannya. Sampai suatu ketika Allah menyentuh hatinya dalam sebuah khotbah. Selesai ibadah ia berjalan keluar dan duduk di sebuah taman. Kemudian ada suara seperti suara anak kecil yang berkata: “Tolle lege!” yang berarti “Ambillah, bacalah!” Agustinus kemudian mengambil Alkitab dan membacanya. Ayat yang menyentaknya adalah petikan ayat dari Roma 6:13 di atas. Allah menegurnya bahwa sepanjang hidupnya selama ini, ia telah menggunakan anggota-anggota tubuhnya menjadi senjata kelaliman dalam dosa dan imoralitas. Setelah peristiwa itu, ia menyerahkan dirinya sepenuhnya bagi Tuhan dan menyerahkan setiap aspek hidupnya, setiap kemampuan yang ia miliki, setiap pengaruh yang dapat ia berikan untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Agustinus dipakai oleh Tuhan menjadi bapa Gereja yang meletakkan berbagai fondasi pengajaran iman Kristen sampai masa kini. Ia setia kepada Allah sampai akhir hidupnya.
Menarik sekali bahwa rasul Paulus dalam penghujung perikop tersebut tidak segan-segan untuk langsung memberikan nada positif dan afirmatif bagi orang yang hidupnya ialah untuk Allah. Seorang yang hidup bagi Allah tidak pernah lagi hidup bagi diri dan ambisinya semata-mata. Setiap aspek hidupnya, setiap kewenangan dan pengaruh yang ia punya, setiap anugerah yang Tuhan berikan kepadanya, setiap kesempatan yang ia peroleh dan ciptakan dalam hidup, semuanya kini berada dalam persepektif untuk digunakan sebagai senjata-senjata kebenaran bagi kemuliaan Allah. Artinya, karena Kristus sudah menjadi raja dalam hidupnya, kini ia menggarap setiap inci hidupnya sebagai bakti dan penyembahan untuk kemuliaan Sang Raja dalam etika Kerajaan-Nya.
Di tangan iblis, segala kemampuan manusia menjadi senjata kelaliman yang membinasakan dan membawa manusia kepada keterpurukan: keserakahan, penindasan, pembodohan, dan sebagainya. Di tangan Allah, segala kemampuan manusia menjadi senjata kebenaran untuk melepaskan, memulihkan, membangun, mengangkat dari keterpurukan, mencelikkan mental dari kebutaan dan pembodohan, menyegarkan kerohanian yang kering, menghiburkan dan membalut jiwa yang remuk, dan membawa sesama untuk melangkah setiap hari makin dekat pada jalan kebenaran. (YJ)
Pikirkanlah:
- Bagaimanakah Anda dapat memakai segala kemampuan yang Tuhan berikan kepada Anda untuk menjadi senjata kebanaran yang efektif bagi sesama?
- Bagaimanakah Anda dapat secara konkret dipakai Allah untuk menyentuh kehidupan anggota keluarga Anda dan membawa mereka pada jalan kebenaran?