Sri Lanka
(image dari https://www.nytimes.com)
Pada hari Minggu, 21 April yang lalu, sekelompok teroris melancarkan serangan yang terkoordinasi dengan meledakkan bom bunuh diri di tiga gereja dan tiga hotel mewah di Sri Lanka, yang menewaskan lebih dari 250 orang dan menyebabkan lebih dari 500 orang terluka. Hari Minggu itu adalah hari Minggu Paskah.
Meresponi serangan tersebut, pemimpin gereja-gereja di Sri Lanka merilis pernyataan sebagai berikut: “Paskah dirayakan sebagai hari pengharapan, kehidupan dan berakhirnya kekerasan. Tetapi hari Paskah ini telah dirusak oleh kekerasan dan kematian dalam skala besar. Kami dengan tegas mengutuk serangan Minggu Paskah yang brutal terhadap gereja dan hotel di berbagai tempat di Sri Lanka. Kami menyampaikan simpati kami yang terdalam dan berdiri dalam solidaritas dengan keluarga yang telah kehilangan orang yang mereka cintai, mereka yang terluka dan semua yang menjadi trauma dan putus asa oleh serangan itu…
Dalam mengutuk serangan Minggu Paskah, kami memutuskan untuk menempatkan kehidupan di atas agenda apa pun. Kami menghimbau sesama warga negara kami untuk berdiri demi terwujudnya kehidupan bagi seluruh komunitas yang terbebas dari rasa takut, penindasan, dan kekerasan. Kami tidak akan mengkambinghitamkan saudara-saudari kami di komunitas mana pun atas tindakan pengecut dan kejam beberapa orang dari komunitas tersebut.
Kita harus menolak semua orang yang mencari keuntungan sosial, ekonomi, agama dan politik dari tragedi ini. Kami menyerukan kesabaran dan perdamaian sembari menantikan terkuaknya kebenaran mengenai kejahatan keji ini dan keadilan ditegakkan. Kami menuntut langkah-langkah untuk memastikan perlindungan komunitas yang rentan sehingga tidak ada kerusuhan atau tindakan kekerasan terhadap komunitas tertentu.
Duka cita kami bukanlah panggilan untuk pembalasan. Duka cita kami adalah seruan untuk hidup berdampingan.”
Situasi di Sri Lanka sendiri sampai saat ini belum stabil sepenuhnya, dimana masih ada ketakutan mengenai potensi serangan selanjutnya. Seluruh gereja di Sri Lanka bahkan sampai membatalkan kebaktian hari Minggu mereka pada hari Minggu, 28 April, dan baru akan memulai kembali kebaktian hari Minggu pada hari ini, Minggu 05 Mei. Setidaknya yang kita bisa lakukan hari ini adalah untuk mengingat saudara-saudari kita di Sri Lanka di dalam doa kita, agar mereka kembali bisa beribadah dengan damai dan aman. Ya Tuhan, kasihanilah kami! (SH)